Page 28 - Konpers Penindakan Obat Tradisional dan Pangan Olahan
P. 28
Judul : BPOM Temukan 50 Ribu Tautan Iklan Penjual Obat Ilegal
Selama Pandemi Covid-19
Nama Media : okezone.com
Tanggal : 26 September 2020
Halaman/URL :
https://nasional.okezone.com/read/2020/09/25/337/2283673/bp
om-temukan-50-ribu-tautan-iklan-penjual-obat-ilegal-selama-
pandemi-covid-19
Tipe Media : Online
JAKARTA - Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan, Penny Kusumastuti Lukito mengatakan,
di masa pandemi Covid-19 sebanyak 50 ribu tautan
atau link website yang mengiklankan obat dan
makanan ilegal.
“Dalam masa krisis pandemi ini, banyak
dimanfaatkan oleh para penjahat yang
memanfaatkan keberadaan kondisi krisis ini
dengan memberikan iklan-iklan yang berlebihan,
iklan-iklan yang tidak sepatutnya sesuai dengan
pembuktiannya yang ada, tentunya akan sangat berbahaya kalau dikonsumsi oleh
masyarakat,” ungkap Penny dalam Konferensi Pers secara virtual Penindakan Obat dan
Makanan di Masa Pandemi Covid-19, Jumat (25/9/2020).
Sebanyak 50 ribu tautan tersebut berisi iklan obat terutama yang dijadikan pengobatan
Covid-19 seperti hidroksiklorokuin, aktinomisin, ataupun dexamethasone.
“Identifikasi sekitar 50 ribu tautan atau istilahnya link yang mengedarkan iklan-iklan
penjualan obat dan makanan yang ilegal. Dan tentunya ilegal dan merupakan produk-produk
yang dilarang khususnya untuk dikaitkan dengan obat-obat jadikan Covid-19 banyak sekali
hidroksiklorokuin, aktinomisin, dexamethasone yang dijual secara ilegal,” ungkapnya.
Penny mengatakan, temuan ini merupakan hasil patroli siber dari Maret sampai dengan
September. Dan kini sebanyak 50 ribu tautan sudah di take down.
“Sudah ditemukan sebanyak hampir 50 ribu tautan atau link yang sebelumnya telah
ditindaklanjuti dan telah direkomendasi take down. Terima kasih atas kerjasamanya dari
IDEA (Indonesian E-Commerce Association) yang selalu bekerjasama menindaklanjuti,
menurunkan temuan-temuan yang kami dapatkan,” tuturnya.
Namun, Penny mengatakan penjualan ilegal ini juga tidak akan terjadi kalau tidak ada yang
membeli.
“Jadi demand yang juga tugas dari pada masyarakat untuk tidak mencari, tidak membeli
produk-produk obat keras ini yang seharusnya memang didapatkan melalui resep dokter
atau dari fasilitas pelayanan kesehatan. Terutama yang terkait dengan pengobatan Covit-
19,” pungkasnya.