Page 96 - Badan POM Tindak Tegas Sarana Produksi Tahu Berformalin di Parung
P. 96
Judul : Tips Memilih Tahu Bebas Formalin
Nama Media : Liputan6.com
Tanggal : 6/12/2022
Halaman/URL : https://www.liputan6.com/health/read/4984355/tips-memilih-tahu-bebas-
formalin
Tipe Media : Media Online
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
menemukan dua pabrik tahu di Parung,
Kabupaten Bogor yang menggunakan formalin
dalam produknya. Dua pabrik ini biasanya
mengirimkan tahu ke pasar-pasar yang ada di
Tangerang, Bogor dan Jakarta.Temuan pabrik
tahu yang masih menggunakan formalin ini jadi
bukti nyata bahwa masih ada produsen curang
yang mengambil keuntungan dengan cara
menambahkan formalin agar awet masih
ada."Ada yang mengambil keuntungan menggunakan bentuk padat dari formalin. Ini sangat
mengecewakan, menyedihkan karena tahu adalah makanan sehari-hari kita," kata Kepala BPOM Penny
Lukito di Parung, Kabupaten Bogor.Formalin tidak seharusnya ditambahkan pada makanan. Formalin,
biasanya digunakan pada kayu atau mengawetkan jenazah, lanjut Penny.Lalu, bagaimana cara memilih
tahu yang bebas formalin?Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat dari Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dokter Intan Widyati berbagi tips. Salah satu cirinya adalah yang mudah
hancur."Secara fisik tidak bisa dibedakan, kalau yang benar (tanpa formalin) disimpan dua hari sudah
hancur. Kalau tahu berformalin lebih dari dua hari masih bagus fisiknya," ungkap Intan melansir dari
Antara. Dalam operasi pada Jumat, 10 Juni 2022 ditemukan ada dua sarana produksi tahu di Parung,
Kabupaten Bogor yang dalam pengerjaan produknya menambahkan formalin.Biasanya tahu hasil
produksi dari kedua sarana produksi tersebut didistribusikan ke pasar-pasar di wilayah Jakarta,
Tangerang, dan Bogor."Ini salah satu temuan yang dikaitkan dengan penggunaan bahan berbahaya di
jalur pangan, yaitu formalin. Ini merupakan temuan yang cukup besar dan sangat strategis saya kira.
Apalagi, tahu merupakan produk yang rutin dikonsumsi," jelas Penny.Dua pabrik tahu tersebut
memiliki omset mencapai lebih dari Rp5 miliar per tahun dengan kapasitas produksi lebih dari 2,5 ton.
Berdasarkan temuan ini, dua pabrik tersebut dihentikan kegiatan produksinya."Untuk pabrik kita akan
lakukan penghentian kegiatan. Nanti akan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
Kemudian untuk produksinya akan kita hentikan, terutama karena kita sudah mendapatkan barang
bukti formalin,” kata Penny.Pemilik tahu yakni S (35) dan N (48) dipersangkakan terkait pasal
memproduksi dan mengedarkan pangan yang mengandung bahan berbahaya. Hal tersebut mengacu
pada pasal 136 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.Penny mengatakan pelaku
dapat dijatuhi sanksi pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp10 miliar.

