Page 12 - Majalah POM VOL7/No.2/2025
P. 12
Ruang Utama
Cerita Dari Tanah Suci:
Kiprah BPOM Mengawal
Keamanan Pangan Penulis : Mulia Sondari, Ni Made Ayu Rahmawati
Editor : Fathan Nur Hamidi
Bagi jutaan umat Islam di Indonesia, menunaikan ibadah haji merupakan impian spiritual seumur hidup. Namun, di
balik khidmatnya ibadah ini, tersimpan tantangan logistik yang luar biasa kompleks. Pada musim haji 2025, lebih
dari 221.000 jemaah Indonesia melaksanakan rukun Islam kelima ini di tanah suci. Jumlahnya sekitar 13,2% dari 1,6
juta jemaah haji seluruh dunia. Dan di tengah padang pasir Arab Saudi yang terik, satu aspek krusial sering luput dari
perhatian yaitu tentang keamanan pangan.
POM mengambil peran penting
mengawal keamanan pangan
Bjemaah haji Indonesia sejak
beberapa tahun silam. Tahun ini
kontribusi BPOM terasa berbeda. Untuk
pertama kalinya pimpinan tertinggi
BPOM, turut serta dalam rombongan
Amirul Hajj sebagai anggota resmi yang
berangkat bersama Menteri Agama
Nasaruddin Umar. Kepala BPOM Taruna
Ikrar mendapat mandat memastikan
pengawasan keamanan pangan menjadi
bagian utama dari misi haji Indonesia.
Ini menjadi sinyal kuat bahwa keamanan
pangan bukan sekadar urusan teknis,
melainkan bagian krusial yang tak
terpisahkan dari pelayanan ibadah haji.
Keamanan pangan menjadi tantangan
tersendiri mengingat jumlah jemaah
Indonesia yang terbilang besar. Katering
haji Indonesia menjadi titik penentu Menteri Agama bersama Amirul Hajj dan jajaran PPIH membahas persiapan Armuzna di Makkah,
keamanan pangan. Mereka merupakan (31/05/2025).
bagian dari pelaksanaan logistik pangan
yang besar dan kompleks. Dengan 76 Para juru masak bekerja keras meracik sebanyak 2,4 juta paket makanan siap
dapur khusus yang tersebar di seluruh masakan yang tidak hanya halal dan saji yang berisi menu khas Indonesia
Arab Saudi, Indonesia menyajikan 25,8 bergizi, tetapi juga membawa cita rasa
juta kotak makanan setiap tahunnya. nusantara ke tanah asing. seperti rendang dan gulai ikan harus
Namun tantangan yang dihadapi didistribusikan secara cepat, tepat, dan
jauh melampaui katering massal biasa. higienis.
Sebagian besar jemaah haji Indonesia Di Arafah, ketiadaan penjual
sekitar 63–67% telah berusia lanjut makanan membuat jemaah sepenuhnya
dan memiliki penyakit kronis. Kondisi bergantung pada distribusi yang sudah
ini menuntut pelayanan makanan yang dirancang sebelumnya. Setelah itu,
bukan hanya higienis dan aman, tetapi jemaah harus bermalam di tanah terbuka
Melayani jemaah haji adalah juga mampu memenuhi kebutuhan diet Muzdalifah, lalu berpindah ke Mina.
melayani tamu Allah. Menjaga khusus, tanpa menghilangkan rasa khas Di lokasi ini harga makanan biasanya
keamanan pangan selama haji seperti sambal, nasi panas, dan hidangan melonjak 2 kali lipat. Dalam kondisi
bukan hanya soal regulasi, tetapi segar yang sering kali sulit direplikasi oleh padat dan penuh tantangan seperti
bagian dari ibadah itu sendiri. katering lokal Arab Saudi. ini, keberhasilan distribusi makanan
Puncak tantangan terjadi selama yang aman menunjukkan bahwa haji
- Kepala BPOM Taruna Ikrar - rangkaian Arafah-Muzdalifah-Mina, yang bukan hanya perjalanan spiritual, tetapi
dikenal sebagai Armuzna. Di tengah juga momen rentan yang memerlukan
suhu ekstrem yang bisa mencapai 52°C, perlindungan negara secara menyeluruh.
12
Vol.7/No.2/2025