Page 57 - Badan POM Serahkan Sertifikat CPOB kepada PT Biotis untuk Dukung Produksi Vaksin Merah Putih
P. 57
Judul : Begini Perkembangan Terkini Vaksin Merah Putih Unair | Kesehatan
Nama Media : gatra.com
Tanggal : 18 Agustus 2021
Halaman/URL:https://www.gatra.com/detail/news/520039/kesehatan/begini-
perkembangan-terkini-vaksin-merah-putih-unair
Tipe Media : Online
Jakarta, Gatra.com - Ketua Tim Peneliti
Universitas Airlangga (Unair), Prof. Fedik
Abdul Rantam, mengatakan Vaksin
Merah Putih telah sampai pada uji pra-
klinik pertama dan kedua. Serta
memperoleh hasil yang baik dan
menghasilkan suatu hasil yang
menjanjikan.
"Satu hasilnya baik dari sisi
immunogenicity dan kemudian pendekatan respon imunnya tidak hanya humoral tapi
juga celuller. Dan menghasilkan suatu hasil yang menjanjikan dan inilah sebenernya
dasar kami mengembangkan pra-klinik fase kedua, yang sekarang sedang berjalan,"
ungkapnya, melalui Zoom dalam konferensi pers bertajuk "Penyerahan Sertifikat
CPOB kepada PT Biotis", yang disiarkan langsung lewat kanal YouTube Badan POM
RI pada Rabu, (18/8).
Meski demikian, Fedik mengatakan mereka belum bisa memberikan hasil secara
keseluruhan karena memang belum selesai dan tetap masih berjalan. Sementara itu,
ia menyebut beberapa respons imun yang mereka dapatkan mulai dari fisik sampai
fisiologi dari hewan Makaka dan dengan adanya respon imun celluler, kemudian
antibodi menunjukkan tren yang lebih baik.
"Nah oleh karena itu, dosis apa yang kita berikan itu berarti berfungsi dan mudah-
mudahan sesuai dengan apa, kebutuhan dari masyarakat Indonesia sehingga bisa
menimbulkan antibodi yang lebih baik," tutur Fedik.
Ia mengatakan hasil dari penelitian ini juga telah bekerjasama atau berkolaborasi
dengan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia. Di mana ini bukanlah berjalan dengan
sendirinya, tetapi perlu suatu imajinasi, logika dan komitmen bersama.
"Dan nampaknya di sini BPOM [Badan Pengawas Obat dan Makanan] merupakan
suatu gaya tarik yang menarik antara pull utara dan pull selatan itu ketemu, sehingga
kita semakin terpadu dengan Biotis itu dan bisa mengembangkan vaksin sampai saat
ini," sambung Fedik.
Ia juga mengatakan telah melihat komitmen dari PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia
yang sangat tinggi karena biaya dari produk vaksin inactived, vaksin yang
dikembangkan oleh Unair, itu jauh lebih besar. Serta memerlukan sarana-prasarana