Page 226 - Keterangan Pers Kepala Badan POM dan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 di Istana Kepresidenan Jakarta
P. 226

Terdapat  lima  provinsi  yang  memiliki  persentase  angka  kematian  lebih  tinggi
               daripada nasional. Persentase angka kematian Corona nasional adalah 4,23 persen.
               ―Persentase kenaikan tertingginya 5 besar. Pertama adalah Bengkulu 7,29 persen.
               Kemudian  disusul  Jawa  Tengah  7,18  persen,  Jawa  Timur  7,10  persen,  NTB  5,76
               persen,  dan  Sumatera  Selatan  5,68  persen.  Semua  ini  di  atas  ,  rata-rata  angka
               kematian nasional,‖ terangnya.

               Selain  itu,  terdapat  lima  provinsi  dengan  kenaikan  angka  kematian  lebih  dari  100
               persen. Yang pertama Jawa Tengah naik lebih dari 60 menjadi 144. Kedua Aceh,
               dari 6 menjadi 29. Bali juga naik, dari 2 menjadi 13. Selanjutnya Riau dari 4 menjadi
               11. Kemudian, Jawa Timur dari 149 menjadi 177.
               Selain  zona  merah,  ada  pula  perubahan  zona  hijau.  Wiku  menjabarkan  ada
               penurunan jumlah wilayah yang tidak terdampak Corona. Awalnya ada 30 wilayah.
               Kini,  hanya  26  daerah  yang  berstatus  zona  hijau.  ―Ini  semuanya  banyak  dari
               kepulauan. Karena pengendalian kasus di dalam kepulauan lebih mudah dibanding
               bentuk daratan,‖ bebernya.

               Kemudian,  ada  42  kabupaten/kota  lainnya  yang  kali  ini  masuk  dalam  zona  hijau
               Corona. Daerah ini sebelumnya sempat ditemukan kasus. Namun, sudah membaik
               dan dinyatakan bersih dari Corona.

               Selain  itu,  Wiku  juga  menjelaskan  bahwa  World  Health  Organization  (WHO)
               menekankan pentingnya nasionalisasi vaksin dalam penanganan COVID-19.

                ―WHO  menyatakan  pentingnya  sharing  atau  berbagi  vaksin  untuk  mencapai
               kesembuhan bersama. Termasuk mencegah vaccine nationalism,‖ tutur Wiku.

               Menurutnya,  nasionalisasi  vaksin  adalah  pengembangan  vaksin  yang  hanya
               diperuntukkan untuk kepentingan nasional atau satu negara saja. WHO, lanjut Wiku,
               menyatakan vaksin adalah barang umum milik publik.

               Sejauh ini Indonesia sudah bekerja sama dengan negara lain dalam pengembangan
               vaksin. Selain itu, Indonesia juga berupaya mengembangkan vaksin secara mandiri.
               Yakni  Vaksin  Merah  Putih.  ―Meskipun  vaksin  ini  dikembangkan  sendiri  di  dalam
               negeri,  namun  jika  berhasil,  vaksin  Merah  Putih  juga  bisa  dijual  ke  negara  lain,‖
               pungkasnya.

               Sementara  itu,  Kepala  Badan  Pengawas  Obat  dan  Makanan  (BPOM)  Penny  K
               Lukito    mengungkap        pihaknya     terus   melakukan      pemantauan       terhadap
               pengembangan  vaksin  virus  Corona  (COVID-19).  Dilaporkan  saat  ini  sudah  ada
               1.800 orang yang mendaftar sebagai relawan uji klinik vaksin.

                ―Pemerintah  terus  mengupayakan  percepatan  penanganan  COVID-19.  Termasuk
               juga  dengan  pencarian.  Selain  itu,  juga  terlibat  dalam  pengembangan  dan
               penyediaan alternatif obat dan vaksin untuk penanganan COVID-19,‖ ujar Penny di
               Jakarta, Selasa (1/9).

               Data  WHO,  sudah  ada  33  kandidat  vaksin  dari  seluruh  dunia.  Semuanya  dalam
               tahap  uji  klinis.  Sementara  itu,  ada  sekitar  143  kandidat  yang  berada  pada  tahap
               lainnya.
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231