Page 14 - Gadis_Rempah
P. 14

K lunting …              menjanda. Naning namanya. Awalnya, Wak
                          Parjan kerap dibantu oleh suami Naning,
                          perempuan pedagang rempah itu dan kini Wak
 Getar panjang bel becak Wak Parjan memecah
                          Parjan menjadi andalan Naning saat mengantar
 keheningan malam Kota Surabaya. Hari baru saja berganti.
                          berdagang ke Pasar Pabean.
 Langit Surabaya masih gelap. Nampaknya hujan deras
 semalam membuat penduduk kota ini masih larut dalam  Wak  Parjan  mengatur  napasnya.
 kabut dan mimpi.         Dilepasnya  bagian  atas  jas  hujan  yang
                          menutup kepalanya. Sampailah ia di depan
 Wak Parjan mengayuh cepat becaknya. Surabaya
                          rumah Naning. Sebuah rumah besar berarsitek
 memang masih sangat lengang. Dia dapat melintas cepat
                          Romawi   dengan  pagar  besi  hitam  yang
 ke ruas jalan apa pun yang dia suka. Belum ada polisi lalu
                          menjulang tinggi. Rindangnya dua pohon kayu
 lintas berjaga.
                          putih tepat di depan rumah seolah menjadi
                          penjaga gerbang rumah besar ini
 Laki-laki tua itu sadar, dirinya dan becaknya sudah
 tak diharapkan di kota besar yang gemar bersolek ini.
                              Sungguh aneh memang, tukang becak
 Becak dianggap barang yang sudah tak lagi layak melintas.
                          seperti Wak Parjan setiap hari mengantar dan
 Semakin tahun semakin sedikit saja jalan yang boleh
                          menjemput nyonya rumah mewah ini. Namun
 dilaluinya. Jalan dari Jembatan Merah ke Pasar Pabean
                          begitulah, Naning, sang nyonya rumah, lebih
 adalah salah satunya.
                          menyukai naik becak daripada menyuruh Pak
                          Wisnu, sopir keluarga untuk mengantarnya.
 Wak Parjan juga sudah lama ingin berhenti mengayuh
 becak. Dia bukan laki-laki tua yang teramat miskin. Meski
                              “Marlaan! Marlaan!” teriak Wak Parjan
 tidak memiliki anak kandung, Wak Parjan memiliki anak
                          sambil mengintip di sela-sela pagar rumah
 angkat yang membiayai hidupnya.
                          Naning. Sesekali ia menelan tetes-tetes gerimis
                          yang membasahi wajahnya.
 Namun, Wak Parjan teramat sayang dengan becaknya.
 Dia hanya ingin punya penghasilan sendiri meskipun
                              Laki-laki tinggi besar bernama Marlan
 sedikit saja. Memang hanya satu orang saja yang masih
                          bangun tergopoh-gopoh ketika mendengar
 menjadi pelanggannya. Seorang perempuan paruh baya
                          namanya dipanggil. Dengan cepat, ia keluar
 pedagang rempah kaya raya yang telah sepuluh tahun



 5  Bab 1 — Secangkir wedang jahe yang tak lagi hangat  Gadis Rempah  6
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19