Page 18 - Gadis_Rempah
P. 18

“Arumi tahu. Arumi tahu. Itu pasti jahe,” tebak Arumi
               kecil sambil melompat riang.
 Klunting ...      “Bukan. Ini kunyit putih,” kata Naning tersenyum.
 Wak Parjan kembali membunyikan bel becaknya  Sayangnya, deretan panjang botol-botol rempah  itu
 yang terbuat dari mur tua. Kali ini untuk membangunkan   kini hanya menghiasi dinding dapur. Naning nyaris tak
 si pemilik rumah. Tak ada tanda-tanda pintu terbuka.  punya waktu bahkan untuk meracik secangkir wedang
 Akhirnya, Wak Parjan turun dari becak dan menekan bel  pokak favoritnya. Urusan masak-memasak juga telah
 yang menempel di dekat pintu.  diserahkan sepenuhnya pada Bu Siti, istri Pak Sabir.
 Suara bel itu mengusik lelap Naning yang tengah lelap   Sementara itu, Arumi? Gadis SMA itu lebih banyak
 tertidur di kursi ruang tamu. Perempuan separuh baya itu   menghabiskan waktunya untuk menggambar di kamar.
 mengucek matanya.  Secangkir  wedang jahe di atas meja   Sesekali Arumi ke dapur hanya untuk mengambil makanan
 tampak samar dilihatnya.   atau membuat teh celup instan yang biasa dibelinya di
 Pelan-pelan, tangan Naning yang mulai keriput menyentuh   supermarket.
 tangkai cangkir. Dingin. Pasti Arumi membuatnya tengah  Naning selalu berharap, setidaknya sehari sekali saja
 malam saat aku tertidur, pikirnya sesaat sebelum meletakkan   Arumi meracik sendiri wedang 2  untuk disajikan pada
 kembali cangkirnya tanpa setetes pun meminumnya.  ibunya. Terutama saat dini hari sebelum sang ibu berangkat
 Naning sangat menyukai wedang, minuman hangat  berdagang ke Pasar Rempah Pabean. Harapan itu dua tahun
 dengan cita rasa dan aroma rempah. Orang tua Naning  lalu disampaikan Naning dengan terus terang pada Arumi,
 pedagang rempah turun-temurun. Naning dibesarkan oleh   putri tunggalnya itu.
 keluarga pedagang rempah tulen. Mereka tidak hanya
                   “Apakah itu permintaan yang berat, nduk ? Ibu butuh
                                                       3
 hidup dari rempah, tetapi juga menjadikan rempah sebagai
               minum yang hangat sebelum ke pasar. Bukankah Ibu sudah
 bagian dari keluarga, bahkan bagian dari hidupnya. Mereka
               mengajarkan banyak resep….
 teramat mencintai rempah.
                   “Baik Bu,” jawab Arumi dengan raut wajah dan suara
 Sebagai pencinta dan pedagang rempah, dapur Naning
               yang singkat, tapi datar.
 penuh dengan ratusan jenis rempah. Naning masih ingat
 saat Arumi kecil dulu, Naning mengajaknya memilah-milah   Seperti biasa, jawaban singkat Arumi membuat
 rempah lalu meletakkan di botol-botol bening dengan tutup   Naning berhenti melanjutkan perkataannya. Gadis itu
 kayu ulir. Naning mengajak gadis kecilnya itu menghirup  selalu saja bersikap tenang dan datar. Sekali pun tidak
 aroma rempah di mulut botol sebelum menutup dan  jarang Naning  berbicara dengan berapi-api, Arumi tetap
 menyimpannya.  saja menanggapinya dengan tenang. Arumi bahkan tidak
 “Ini apa hayoo?” tanya Naning pada gadis kecilnya.  2    minuman hangat dengan rempah sebagai bahan utamanya
               3      panggilan anak perempuan di Surabaya


 9  Bab 1 — Secangkir wedang jahe yang tak lagi hangat  Gadis Rempah  10
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23