Page 22 - Gadis_Rempah
P. 22

“Ngelamun maneh , Ning?” tanya lelaki tua
 4
 yang setia mengantar Naning ke Pasar Pabean
 sejak suami Naning meninggal.
 5
 6
  “Wis ojo ngono . Sik, aku tak pamit  Arumi,”
 ucap Naning tergesa-gesa lalu kembali masuk
 ke ruang tamu. Dengan setengah berlari,
 Naning kembali ke ruang tamu lalu menaiki
 anak tangga yang berputar menuju kamar
 Arumi. Hampir saja Naning menabrak guci
 bercorak tiongkok yang tingginya hampir
 setinggi tubuhnya.
 Setibanya  di  depan  kamar  putrinya,
 Naning mengatur napasnya sebentar lalu
 mengetuk pintu,
 “Arumi …?  Arumi …?”
 Tak ada jawaban, Naning memberanikan
 diri membuka pintu kamar. Seperti biasa, Arumi
 tengah duduk terlelap di kursi. Kepalanya
 disandarkan begitu saja di samping laptop.
 Naning membelai lembut rambut hitam
 panjang gadis itu.
 “Tak terasa, tiba-tiba kamu sudah gede ,
 7
 Nduk.  Sudah delapan belas tahun. Piye-piye  aku yo
 8
 sayang kamu, Nduk. Kamu makin cantik sekarang.”
 Mata Naning menatap beberapa lembar
 kertas penuh coretan bergambar berserakan
 di meja Arumi. Naning sudah biasa mendapati
 Arumi seperti ini.


 4    melamun lagi
 5    sudah jangan begitu
 6   sebentar, aku mau pamit
 7   besar
 8  bagaimanapun juga
 13  Bab 1 — Secangkir wedang jahe yang tak lagi hangat  Gadis Rempah  14
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27