Page 25 - Gadis_Rempah
P. 25

“A        rumi …!”                                                                      Dinda lalu mencoba duduk tenang di bangku
                                                                                                            Arumi melepaskan perlahan tangan

                                                                                                        beton di sampingnya. “Sebaiknya aku izin Ibu
                                                                                                        dulu ya, Din,” ucap Arumi semakin lemah.
                Mata Arumi menyisir sepanjang halaman sekolah.
            Berharap  menemukan    sosok  gadis  yang  memanggil                                            “Loh, bukannya sudah?” tanya Dinda
            namanya.  Pasti Dinda, pikir Arumi. Hanya Dinda yang                                        setengah terkejut lalu dengan cepat duduk di
            memanggil namanya dengan Arumi. Teman-teman lain                                            samping Arumi.
            biasanya memanggil dengan Arum atau cukup Rum.
                                                                                                            Arumi menggeleng, “Belum. Belum sempat.”
                “Jadi ke ITS hari ini?” tanya Dinda bersemangat setelah
            tiba di hadapannya. Gadis berambut lurus sebahu dengan                                          “Ehm, begitu ya? Baiklah,” ucap Dinda ringan.
            poni rata di atas kedua alisnya itu bertanya kepada Arumi
                                                                                                            “Doakan Ibu setuju ya, Din,” kali ini
            dengan semangat.
                                                                                                        Arumi memandang begitu dalam pada dua
                Arumi tidak menjawab. Hanya memandang lesu pada                                         bola mata  sahabatnya itu.
            Dinda yang masih terengah-engah mengatur napasnya.
                                                                                                            Seperti biasa, Dinda tersenyum sehingga
                “Aku ..., entahlah Din,” sahut Arumi lemah.
                                                                                                        tampak kedua lesung di pipinya.
                “Ayolah Arumi. Kali ini aku siap menemani kamu, kok!
                                                                                                            “Aamiin. Aku selalu berharap yang
            Mumpung keponakanku gak di rumah, hehe ...!” hibur gadis
                                                                                                        terbaik  untukmu   Arumi.   Meski   kita
            berkacamata itu sambil mengayunkan tangan Arumi
                                                                                                        bersahabat  sejak  SMP,  aku  tidak  akan
                Arumi   memandang   takjub  sepasang  bola  mata                                        memintamu    harus  kuliah  di  kampus
            Dinda. Begitu luas harapan di balik bening bola mata itu.                                   yang sama denganku,” ucap Dinda sambil
            Gadis itu juga sangat ringan tangan. Setiap pagi sebelum                                    menepuk-nepuk pundak Arumi.
            berangkat sekolah, Dinda mengantar dulu keponakannya
            di taman kanak-kanak.                                                                           “Terima kasih banyak ya, Din. Kamu baik
                                                                                                        banget,” ucap Arumi dengan mata berkaca-kaca.
                Dinda adalah sahabat Arumi sejak SMP. Hubungan
            keluarga mereka juga dekat. Ayah Dinda telah lama                                               “Sama-sama  Arumi,”  Dinda  kembali
            bersahabat dengan ayah Arumi. Keduanya sama-sama                                            menepuk-nepuk bahu sahabatnya.
            mencintai seni rupa. Keduanya pernah tergabung dalam
                                                                                                            Keduanya bertukar senyum sebelum
            satu tim penyusun buku Seni Budaya jenjang SMP.
                                                                                                        berpisah.


              17  Bab 2 — Ibu, aku ingin bicara ...                                                                           Gadis Rempah  18
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30