Page 28 - Gadis_Rempah
P. 28
Baru beberapa langkah Arumi berjalan, Dinda kembali Seringkali Arumi merasa frustrasi. Semua wedang
memanggilnya. buatannya tidak pernah sempurna di mata ibunya. Hingga
suatu saat Arumi memutuskan membeli beberapa botol
“Eh, bentar Arumi ...!”
kecil bubuk wedang instan di supermarket. Arumi berpikir
“Ya?” Arumi menoleh dengan mencoba memasang komposisi dari pabrik pasti sudah diracik sempurna oleh
senyum manisnya meski hatinya masih mendung. Dinda para ahli dan akan pas rasanya di lidah ibunya.
berjalan cepat mendekatinya.
Bukannya mendapat pujian dan simpati, Arumi justru
“Ehm ..., coba deh kamu buatkan wedang favorit ibumu mendapat omelan dan ceramah bertubi-tubi. Sebagai
yang kamu racik sendiri. Lalu ajak duduk dan bicara baik- keturunan pedagang rempah turun-temurun, temurun
baik. Semoga dengan begitu ibumu akan setuju kamu kuliah dan pencinta berat rempah-rempah, ibunya menolak keras
di prodi desain,” saran Dinda dengan mata berbinar. meminum wedang rempah instan racikan pabrik.
Arumi menatap begitu dalam pada bening mata Dinda Namun, Arumi tidak punya pilihan lain. Tugas sekolah
yang penuh semangat. Ceria adalah perhiasan yang selalu semakin berat dan banyak. Apalagi saat ini menjelang ujian
menempel di wajahnya. Arumi tidak tega berkata tidak pada akhir kelulusan, Arumi merasa perlu belajar keras untuk
saran sahabatnya itu. Arumi lantas pura-pura mengangguk mempersiapkan ujian. Terlebih Arumi sangat berharap
dan tersenyum sebelum kemudian melambaikan tangan mendapat nilai akhir yang sangat memuaskan sehingga
dan membalikkan badan. Sementara itu, Dinda menatap bisa mendaftar kuliah melalui jalur beasiswa.
penuh keyakinan pada ujung jilbab Arumi yang melambai
Arumi lantas mengingat percakapannya bersama Dinda
ringan tertiup angin.
kemarin lusa di sebuah kafe Jalan Dharmawangsa Surabaya.
Dalam perjalanan mengendarai motor menuju
“Arumi Arumi ..., kamu ini ‘kan putri tunggal pedagang
rumahnya, Arumi terus memikirkan kalimat terakhir
rempah yang kaya di Surabaya. Buat apa sih berburu
Dinda siang itu. Bukan tidak pernah Arumi meracik sendiri
beasiswa? Ibumu pasti sangat mampu mendaftarkan kamu
wedang untuk ibunya, melainkan selalu saja ada yang
kuliah di kampus mana pun yang kamu mau. Iya, ‘kan?”
salah menurut ibunya. Wedang jahe yang jahenya terlalu
celoteh Dinda sembari mengambil daftar menu di meja.
hancurlah, beras kencur yang kencurnya kurang kentallah,
wedang pokak yang gula arennya terlalu banyaklah, atau "Loh, apa hubungannya beasiswa sama orang kaya? Asal
sinom yang terlalu asam. Selalu saja ada yang kurang. berprestasi, siapa pun bisa kok dapat beasiswa, Din. Lagipula
aku pengen dapat beasiswa itu untuk memberi kejutan dan juga
19 Bab 2 — Ibu, aku ingin bicara ... Gadis Rempah 20