Page 17 - Gadis_Rempah
P. 17
“Arumi tahu. Arumi tahu. Itu pasti jahe,” tebak Arumi
kecil sambil melompat riang.
Klunting ... “Bukan. Ini kunyit putih,” kata Naning tersenyum.
Wak Parjan kembali membunyikan bel becaknya Sayangnya, deretan panjang botol-botol rempah itu
yang terbuat dari mur tua. Kali ini untuk membangunkan kini hanya menghiasi dinding dapur. Naning nyaris tak
si pemilik rumah. Tak ada tanda-tanda pintu terbuka. punya waktu bahkan untuk meracik secangkir wedang
Akhirnya, Wak Parjan turun dari becak dan menekan bel pokak favoritnya. Urusan masak-memasak juga telah
yang menempel di dekat pintu. diserahkan sepenuhnya pada Bu Siti, istri Pak Sabir.
Suara bel itu mengusik lelap Naning yang tengah lelap Sementara itu, Arumi? Gadis SMA itu lebih banyak
tertidur di kursi ruang tamu. Perempuan separuh baya itu menghabiskan waktunya untuk menggambar di kamar.
mengucek matanya. Secangkir wedang jahe di atas meja Sesekali Arumi ke dapur hanya untuk mengambil makanan
tampak samar dilihatnya. atau membuat teh celup instan yang biasa dibelinya di
Pelan-pelan, tangan Naning yang mulai keriput menyentuh supermarket.
tangkai cangkir. Dingin. Pasti Arumi membuatnya tengah Naning selalu berharap, setidaknya sehari sekali saja
malam saat aku tertidur, pikirnya sesaat sebelum meletakkan Arumi meracik sendiri wedang 2 untuk disajikan pada
kembali cangkirnya tanpa setetes pun meminumnya. ibunya. Terutama saat dini hari sebelum sang ibu berangkat
Naning sangat menyukai wedang, minuman hangat berdagang ke Pasar Rempah Pabean. Harapan itu dua tahun
dengan cita rasa dan aroma rempah. Orang tua Naning lalu disampaikan Naning dengan terus terang pada Arumi,
pedagang rempah turun-temurun. Naning dibesarkan oleh putri tunggalnya itu.
keluarga pedagang rempah tulen. Mereka tidak hanya
“Apakah itu permintaan yang berat, nduk ? Ibu butuh
3
hidup dari rempah, tetapi juga menjadikan rempah sebagai
minum yang hangat sebelum ke pasar. Bukankah Ibu sudah
bagian dari keluarga, bahkan bagian dari hidupnya. Mereka
mengajarkan banyak resep….
teramat mencintai rempah.
“Baik Bu,” jawab Arumi dengan raut wajah dan suara
Sebagai pencinta dan pedagang rempah, dapur Naning
yang singkat, tapi datar.
penuh dengan ratusan jenis rempah. Naning masih ingat
saat Arumi kecil dulu, Naning mengajaknya memilah-milah Seperti biasa, jawaban singkat Arumi membuat
rempah lalu meletakkan di botol-botol bening dengan tutup Naning berhenti melanjutkan perkataannya. Gadis itu
kayu ulir. Naning mengajak gadis kecilnya itu menghirup selalu saja bersikap tenang dan datar. Sekali pun tidak
aroma rempah di mulut botol sebelum menutup dan jarang Naning berbicara dengan berapi-api, Arumi tetap
menyimpannya. saja menanggapinya dengan tenang. Arumi bahkan tidak
“Ini apa hayoo?” tanya Naning pada gadis kecilnya. 2 minuman hangat dengan rempah sebagai bahan utamanya
3 panggilan anak perempuan di Surabaya
9 Bab 1 — Secangkir wedang jahe yang tak lagi hangat Gadis Rempah 10