Page 26 - Sampul Terkepung
P. 26
“Jati, Pak. Pohon jati bagus,” susul Murni.
“Ya, bisa. Pohon jati juga mempunyai nilai ekonomi
sangat tinggi. Cocok untuk ditanam di lereng bukit kapur
seperti di lingkungan kita ini,” tutur Pak Habib.
“Keres Pak!” ujar Didin dengan suara keras.
“Ha…ha…ha…!” gelak tawa dari anak-anak.
“Hu…!” teriak Ruki sekeras-kerasnya. “Din, yang
benar saja.
“Ruki, tolong sekali lagi hargai pendapat temanmu.
Jangan dicela,” lerai Pak Habib.
“Habisnya, lucu sekali Pak jawaban Didin. Masa
ada penghijauan kok, dengan tanam keres. Ha…ha…
ha…!” kata anak pengusaha batu kapur itu tak bisa
menahan tawa.
“Jangan gaduh. Keres itu tanaman keras yang
cocok untuk lingkungan tandus seperti di Kabupaten
Tuban ini. Tanaman ini cepat tumbuh. Tidak butuh
banyak air. Tidak perlu banyak tanah. Boleh dibilang
bisa tumbuh di mana saja. Murah, karena bibitnya tidak
usah membeli. Itu ide bagus juga,” terang Pak Habib.
Anak-anak terdiam. Mereka mulai bisa menerima
pendapat Didin yang semula hanya dianggap sebagai
lelucon. Bahkan, sempat dicela habis-habisan oleh Ruki.
“Anak-anak, kita wajib mencintai alam. Ayo
menanam! Mau apa tidak?” ajak Pak Habib.
“Mau, Pak!” jawab anak-anak hampir serentak.
14