Page 28 - Sampul Terkepung
P. 28

Murni hanya terdiam. Anak yang pandai menulis
                 puisi itu  tidak bisa  menjawab  pertanyaan  Ruki.  Apa

                 yang  ia  katakan,  memang  hanya  sebatas  mencoba
                 mengingatkan  Ruki agar  tidak  meledek  Didin.  Ia
                 khawatir nanti keduanya berkelahi.
                      “Masa  keres  untuk  penghijauan.  Sekalian  tanam
                 kangkung saja. Ha…ha…ha…!” ledek Ruki lagi.

                      Kiki dan Maul hampir saja berdiri mendengar ejekan
                 dari Ruki. Namun, Didin menekan kedua temannya itu
                 untuk  tetap  duduk  di  tempatnya.  “Ssst…  udah,  diam
                 aja!” pintanya lirih sambil tersenyum.
                      “Ndak usah  dijawab,  nanti  ribut,”  bisiknya  ke
                 telinga Maul.

                      Didin  menghela  nafas  panjang.  Anak  periang
                 itu  terus  berpikir.  Mengapa  Ruki masih  mengungkit
                 jawabannya  tadi.  Sebenarnya  waktu  menjawab,  Didin
                 hanya  sepontanitas  saja.  Jika ditanya  alasannya

                 menjawab keres, dirinya pun tidak punya alasan. Saat
                 itu  yang  terlintas  dalam  benaknya  adalah  dari  yang
                 pernah  diketahuinya  bahwa  keres itu  bisa  tumbuh  di
                 mana-mana.  Keres  terkadang  tumbuh  subur  di  sela-
                 sela pagar, di sela-sela bebatuan, di tempat yang tidak
                 ada tanahnya seperti fondasi. Bahkan ia pernah melihat

                 keres bisa  tumbuh  di tembok  luar  bak penampungan
                 air  yang tanpa tanah.  Di  samping rumahnya  pun  ada
                 tanaman keres. Tanaman itu tumbuh liar. Lekas besar.
                 Daunnya rimbun. Tidak perlu perawatan khusus.




                                              16
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33