Page 27 - Sampul Terkepung
P. 27
“Alhamdulillah. Berjanjilah pada diri kalian masing-
masing!” ajak Pak Habib menyemangati anak-anak.
Usai memompa semangat anak-anak, Pak Habib
segera melanjutkan pelajaran pertama hari itu.
Matematika. Anak-anak mengikutinya dengan khidmad.
Ketika jam istirahat tiba, Pak Habib segera
meninggalkan kelas. Melihat Didin akan meninggalkan
kelas bersama Kiki dan Andi, Ruki mencoba berulah.
“Hai teman-teman, masak ada, penghijauan kok tanam
pohon keres? Ndak masuk akal itu. Adanya ya, tanam
jati, mangga, dan mahoni. Masak, tanam keres? Ha…
ha… ha…!” ledek Ruki.
“Ha…ha…ha… hu…!” teriak Raka, Oris, Mamad,
dan Toni. Anak-anak itu adalah pendukung Ruki. Mereka
sering ditraktir, diberi makanan, bahkan uang. Oleh
karena itu, mereka hanya bisa membeo, mengikuti apa
kehendak Ruki. Walau tindakan itu salah, anak-anak itu
tidak peduli.
Didin hanya diam. Telinganya berusaha tidak
menangkap kata-kata Ruki yang melecehkannya. Didin
menahan diri untuk tidak terpancing emosi.
“Hai, Ki. Jangan begitu, dong. Kan, kata Pak Habib,
keres juga bisa ditanam untuk penghijauan!” bela Murni.
“Ha, itu tidak umum Mur. Umumnya tanaman
penghijauan itu ya jati, mahoni, trembesi. Kayak gitu.
Paling top ya mangga seperti usulku,” sergah Ruki
membela diri.
15