Page 45 - Sampul Terkepung
P. 45
“Di dekat lapangan voli, Pak. Masih terlihat
gersang,” terang Didin.
“Oh, ya…ya… di sebelah barat lapangan voli masih
kurang tanaman. Jarak pohonnya jarang-jarang. Ya,
bagus itu. Ayo, bapak bantu membuatkan lubangnya!”
tawar Pak Samiran.
“Terima kasih, Pak,” jawab anak-anak hampir
bersamaan.
Mereka beramai-ramai menuju ke halaman
belakang. Di sana ada lapangan voli. Pak Samiran
mengambil cangkul yang ada di dekat kantin.
Tidak seberapa lama, Pak Ran sudah kembali
ke tempat itu sambil memanggul cangkul. Anak-anak
merasa senang karena niatnya menanam pohon
didukung Pak Ran dengan membuatkan lubang untuk
menanam.
“Di sini saja, ya?” tanya Pak Ran sambil
menunjukkan lahan kosong di pinggir lapangan voli yang
memungkinkan untuk ditanami pohon.
“Ya, Pak. Di situ saja,” jawab Maul.
Tangan Pak Ran yang cukup berotot itu dengan
lincah mengayunkan cangkul ke tanah. Laki-laki yang
dekat dengan anak-anak itu membuatkan lubang tanam
bagi Didin dan teman-temannya.
“Sudah, silakan tanam!” kata Pak Ran setelah
lubang tanam itu siap.
33