Page 41 - Sampul Terkepung
P. 41

Enam anak itu berjalan menuju ke lapangan desa,
                 tempat mereka berkemah beberapa waktu lalu. Cukup

                 semangat kaki-kaki mungil itu melangkah. Tak terasa,
                 mereka sudah sampai.
                      “Menggali tanahnya pakai apa, Din?” tanya Murni.

                      “Wah, ya. Saya lupa tidak membawa linggis kecil,”
                 jawab Didin.
                      “Pulang dulu, Din. Ambil!” saran Andi.
                      “Em…nggak usah,  Di.  Ayo  cari  kayu  atau  bambu
                 saja di sekitar tempat ini!” ajak Didin.

                      Enam  anak  itu  berusaha  menemukan  benda  apa
                 pun yang bisa digunakan untuk membuat lubang tanam.
                 Mereka menyebar ke beberapa sudut lapangan.

                      “Hai,  ini.  Sudah  ketemu!”  teriak  Didin.  “Tolong
                 bantu mencabutnya!” pintanya lagi.
                      Tiga  teman laki-lakinya  bergegas  mendekat.
                 Ternyata  Andi  menemukan  kayu  bekas  tambatan
                 kambing. Kayu jambu batu itu tertancap cukup dalam.

                 Keempat  anak  itu  berusaha  sekuat  tenaga  untuk
                 mencabutnya. Namun, ternyata sulit.
                      Belum  berhasil  mereka  mencabut  kayu  itu,  ada

                 sebuah  motor  mendekat.  “Hai,  sedang  apa  kalian?”
                 tanya  Tegar,  ketua  karang  taruna  di  desanya  sambil
                 turun dari motornya.
                      “Ini  Mas Tegar.  Kami  mau  mencabut  tambatan
                 kambing ini,” terang Didin.





                                              29
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46