Page 38 - Sampul Terkepung
P. 38
“Itu, di sela pagar tembok!” tunjuk Kiki ke arah
pagar rumah Pak Sukarman. Bagian pagar tembok itu
ada yang retak. Namun, di sela-selanya ada sebatang
anakan keres yang tumbuh. Belum tinggi. Baru sekitar
sepuluh sentimeter.
“Cabut, Ul!” perintah Didin.
“Hati-hati, Ul. Akarnya jangan sampai putus!”
ingat Andi.
Maul pun dengan hati-hati mencabut anakan keres
itu. Setelah berhasil, anakan itu diserahkan kepada
Didin.
Keempat sahabat karib itu terus ke selatan menuju
jubung tua. Sebelum sampai, di dekat jembatan Andi
menemukan satu batang lagi anakan keres. Tanaman
liar itu tumbuh, terselip di antara tembok pembatas
jembatan.
Tidak seberapa lama mereka sudah sampai.
Suasananya agak menyeramkan. Bekas lumut yang
menghitam menutupi hampir semua bangunan jubung.
Tampak sangat kusam. Bahkan, kayu-kayu bekas rumah
penampungan batu kapur yang roboh, berserakan di
sisi timur. Ilalang pun hampir merata menjadi penghias
halaman jubung tua itu.
Empat anak itu mendekati jubung. Mereka
memperhatikan di bagian ujung cerobong jubung
itu ditumbuhi beberapa pohon keres. Salah satu di
26