Page 39 - Sampul Terkepung
P. 39
antaranya sangat besar. Di sela-sela hijaunya dedaunan
menyembul bunga-bunga putih merata. Buahnya pun
sangat lebat.
“Nah, itu!” teriak Didin sambil menuju ke arah
tumpukan batu. Di tempat itu Didin menemukan dua
anakan sekaligus. Ukurannya tidak sama, ada yang lima
belas sentimeter dan ada yang tiga puluh sentimeter.
Ternyata di bagian lain, Andi juga menemukan
dua. Satu tertempel di batu pondasi jubung. Satunya
lagi di gundukan tanah, di bekas gudang.
“Sudah dulu ya. Kita sudah dapat enam batang,”
kata Didin.
“Ya, Din. Kita tanam dulu saja. Besok-besok cari
lagi,” jawab Kiki.
“Ya, betul Din,” jawab Maul dan Andi hampir
bersamaan.
“Lalu mau kita tanam di mana?” tanya Kiki.
“Di halaman sekolah saja gimana?” usul Maul.
“Nggak, Din. Sebaiknya di sekitar lapangan saja.
Biar lapangannya rindang,” usul Andi.
“Begini saja. Nanti yang lima coba kita tanam di
pinggir lapangan desa. Satunya, di bagian belakang
halaman sekolah ada yang masih kosong,” kata Didin.
Teman-temannya setuju. Mereka kemudian
beranjak dari jubung tua itu. Bibit keres yang mereka
temukan itu dijadikan satu, dibawa oleh Maul.
27