Page 36 - Sampul Terkepung
P. 36
“Assalamualaikum, Din!” ucap Maul.
“Waalaikum salam…,” jawab Didin yang ada di
dapur. Ia baru saja meletakkan piring yang habis dicuci
di rak kayu.
“Tunggu sebentar ya…!” teriaknya lagi lebih keras
khawatir kalau temannya tidak mendengar. “Hai, Ul.
Sendirian?” sapanya.
“Ya, jadi nggak?” tanya Maul
“Jadi,” jawab Didin singkat.
“Cari di mana bibit keres-nya?”
“Coba nanti kita cari ke jubung tua. Aku pernah
melihat, di bagian cerobongnya tumbuh pohon keres.
Biasanya di sekitarnya juga banyak,” terang Didin.
“Nanti ke rumah Kiki dan Andi dulu ya. Mereka
mau ikut,” kata Maul.
“Ya, sekalian ke rumah Galih. Kemarin ia berjanji
mau ikut juga,” ungkap Didin.
Didin mengunci rumah. Kedua anak itu kemudian
pergi berjalan kaki ke utara. Mereka menuju rumah
Kiki yang ada di dekat masjid. Lalu melangkah ke barat
menuju rumah Andi yang bersebelahan dengan rumah
kepala desa.
Rumah Galih tidak jauh dari rumah Andi. Hanya
selang tiga rumah. Mereka bergegas ke sana. Namun,
betapa kecewanya anak-anak itu setelah mendengar
keterangan dari ibu Galih. Anak yang dicarinya itu baru
saja pergi bersepeda bersama Ruki.
24