Page 40 - Sampul Terkepung
P. 40
Baru saja melalui perempatan, keempat anak itu
berpapasan dengan Widia dan Murni.
“Assalamualaikum…!” sapa Widia.
“Waalaikum salam…!” jawab keempat anak itu
hampir bersamaan.
“Hai, mau ke mana kalian?” tanya Widia.
“Ini, mau nanam keres,” jawab Maul sambil
menunjukkan anakan keres yang ada di tangan kanannya.
“Wah, cinta alam dan kasih sayang sesama
manusia, nih!” sindir Murni sambil senyum-senyum ke
arah Didin.
“Sudah, Mur. Jangan ngeledek!” celetuk Didin.
“Ah, jangan sewot begitu dong, Din. Sejak kapan
kamu jadi pemarah?” goda Murni.
“Nggak gitu. Habis, kata-katamu seperti kata-kata
Ruki, sih!” timpal Didin.
“Ha…ha…ha…!” tawa kedua teman perempuannya.
“Kalian mau ke mana, sih?” tanya Kiki.
“Kami mau main saja ke rumah Sulih,” jelas Murni.
“Ikut kami saja ya. Nanam keres. Biar lingkungan
kita menjadi hijau,” ajak Didin.
“Wah, hebat kalian ini. Mau berpikir tentang
lingkungan. Baik, kami ikut. Mau ditanam di mana?”
tanya Widia.
“Ini kami menemukan enam anakan keres. Lima
batang nanti kita tanam di sekitar lapangan desa. Satu
bibit lagi nanti kita tanam di lingkungan sekolah,” jelas
Didin.
28