Page 35 - Sampul Terkepung
P. 35
Saatnya Beraksi
Bulan November baru saja memasuki pertengahan.
Hujan sudah mulai turun. Rerumputan telah mulai
tumbuh. Genting-genting dan dedaunan telah dibilas
hujan sehingga tak seputih di musim kemarau.
Minggu pagi. Baru pukul tujuh, lebih dua puluh
lima menit. Didin baru saja menyelesaikan tugas
membersihkan rumah. Walaupun anak laki-laki, ia sudah
terbiasa menyapu rumah, halaman, dan membersihkan
meja kursi ruang tamu. Jika kamar mandinya kotor,
tak segan-segan tangan mungil itu berusaha sekuat
tenaga membersihkannya. Sejak ayahnya meninggal,
kemandirian semakin tumbuh pada diri Didin.
Rumahnya sepi karena kakak perempuannya
setiap pukul lima sudah berjualan di pasar. Kakaknya
baru pulang pukul satu siang. Ibunya berangkat sejak
pukul enam. Pulangnya sore, terkadang sampai jam
lima lebih baru sampai di rumah. Wanita yang sangat
dihormatinya itu, hanyalah seorang buruh pemecah
batu koral milik Pak Tarno. Tempatnya berada di lereng
bukit, cukup jauh dari rumahnya. Didin sangat kasihan
terhadap ibunya. Pekerjaannya berat. Upahnya sedikit.
Oleh karena itu, apa pun yang bisa dilakukan untuk
membantu ibunya, akan ia lakukan.
23