Page 37 - Sampul Terkepung
P. 37

“Huh…dasar!” keluh Maul.

                      “Sudah Ul. Biarkan saja. Nggak usah dipikir,” hibur
                 Didin.

                      “Kenapa  sih, penyakit  Galih  nggak sembuh-
                 sembuh?” kata Maul.

                      “Sakit?  Memangnya  Galih  sakit  apa  Ul?” tanya
                 Kiki.

                      “Tidak menepati janji. Itu kan, penyakit!” terang
                 Maul.

                      “Nggak sekali, dua kali janji. Ingkar terus!” keluh
                 Maul lagi.

                      “Sudah…sudah…biarkan.  Ayo  jalan!”  ajak  Didin
                 sambil menepuk pundak Maul yang memendam kecewa.

                      Empat  anak  itu  menyusuri  jalan  desa.  Mereka
                 berniat ke bekas jubung tua. Katanya milik orang luar

                 kota. Namun,  sudah  tidak  pernah diurus. Letaknya di
                 ujung selatan desa. Dekat dengan rumpun bambu tapal

                 batas desa.
                      Sepanjang  jalan,  mata  mereka  mencoba  fokus

                 untuk  menemukan  bibit  keres.  Siapa  tahu  di antara
                 anak-anak itu ada yang berhasil menemukannya.

                      “Itu,  Din.  Ada  anakan  keres!” celetuk  Kiki  tiba-
                 tiba.

                      “Mana?” tanya Didin.



                                              25
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42