Page 51 - Sampul Terkepung
P. 51

Keesokan  harinya,  pada  jam  istirahat  pertama

                 anak-anak kelas enam gaduh.
                      “Din, keres yang kamu tanam patah,” lapor Sulih
                 setelah membeli jajanan di kantin.

                      “Yang bener?” tanya Didin setengah tidak percaya.
                      “Bener,  Din.  Kalau  tidak  percaya  coba  lihat
                 sendiri!” kata Sulih mencoba meyakinkan.

                      Didin menarik tangan Maul yang sedang duduk di
                 dekatnya. Keduanya setengah berlari segera menuju ke

                 lapangan  voli.  Benar.  Memang  benar.  Tanaman  keres
                 yang mulai tumbuh itu patah di tengah. Sisa patahannya
                 tergeletak di bawahnya.

                      “Wah, kenapa bisa patah?” tanya Maul terheran-
                 heran.

                      Didin  terdiam  sejenak.  Ia  lalu  jongkok.  Tangan
                 kanannya berusaha meraih ujung keres yang tergeletak
                 layu di tanah. Diperhatikannya bekas patahan itu baik-

                 baik.
                      “Hem…kenapa  ya,  Ul?”  Didin  balik  bertanya
                 kepada Maul yang juga jongkok di samping kirinya.

                      “Mungkin ada yang sengaja mematahkannya Din,”
                 terka Maul.
                      “Ah, jangan  berpikiran  buruk  dulu.  Mungkin ada

                 anak yang jatuh, tubuhnya menimpa keres ini sehingga
                 patah,” ujar Didin.




                                              39
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56