Page 55 - Sampul Terkepung
P. 55
“Hai, hentikan! Apa-apaan ini?” teriak Pak Habib
yang mendengar suara ribut-ribut. Guru yang dikenal
pandai olah vokal itu berusaha melerai Ruki yang
menyerang Didin.
“Ada apa Ki?” tanya Pak Habib.
“Anu…a…anu… Pak,” ujar Ruki terbata-bata.
“Anu, apa? Bicara yang jelas!” bentak Pak Habib.
“Din, coba jelaskan. Ada apa kalian sampai mau
berkelahi?” desak Pak Habib.
“Ruki, Pak. Dia sengaja mematahkan tanaman
keres ini,” jelas Didin.
Pak Habib mencoba memperhatikan tanaman keres
yang dimaksud Didin. Guru yang dikenal penyabar itu
pun geleng-geleng kepala sambil menghela nafas.
“Benar, Ki semua ini kamu yang melakukannya?”
tanya Pak Habib setengah keheranan.
Ruki hanya menunduk. Begitu pula dengan Oris
dan Mamad.
“Ruki, Oris, dan kamu Mad. Apa yang kamu pikirkan?
Hem…!” ujar Pak Habib sambil menggeleng-gelengkan
kepala. Guru paling senior di sekolah itu terlihat sangat
prihatin atas perbuatan Ruki dan kawan-kawan.
“Sini…sini…semuanya. Sini duduk menepi!” ajak
Pak Habib. “Sudah, yang lain bubar, masuk ke kelas
masing-masing!” lanjutnya kepada anak-anak yang
berkerumun.
43