Page 50 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Kedua_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 50

Juga tidak boleh memanjangkan ربكأ sehingga menjadi

                  رابكأ    karena  رابكأ  adalah  bentuk  plural  (Jama')    dari  kata



                                    ر
                  tunggal  (mufrad)  بك        -    Kabar-  yang  berarti  gendang  besar
                  sehingga seseorang yang membaca demikian berarti telah jatuh
                  pada Tasybih; menyerupakan Allah dengan gendang besar dan
                  ini jelas kekufuran yang tegas.
                         Ketentuan-ketentuan  dalam  membaca  lafazh  (     )  dan
                  takbir ini berlaku saat membaca takbir dalam kesempatan apa-
                  pun, baik ketika adzan, pada saat sholat ketika takbiratul ihram
                  maupun takbiraat al intiqal (takbir perpindahan dari satu rukun
                  ke  rukun  yang  lain),  pada  dzikir  setelah  sholat  dan  dalam
                  kesempatan-kesempatan lain.

                  BACAAN SHALAWAT YANG BENAR



                         Sebagian     orang     ketika    membaca       shalawat

                  memanjangkan  bacaan shalli  ( َلص )  padahal ketika fi'il amr
                  (kata  kerja  perintah)  dipanjangkan  berarti  menambahkan  ya'
                  pada  bacaan  shalli  dan  ini  adalah  khithab  (pembicaraan)
                  terhadap  mu-annats.  Padahal  salah  satu  prinsip  dalam  aqidah
                  Islam  bahwa  Allah  ta'ala  tidak  disifati  dengan  sifat-sifat
                  makhluk  seperti  jenis  kelamin  laki-laki  maupun  perempuan
                  karenanya  orang  yang  mengarahkan  khithab  kepada  Allah
                  dengan  ta'nits  berarti  menyifati  Allah  dengan  salah  satu  sifat
                  makhluk  dan  itu  disepakati  oleh  para  ulama  salaf  sebagai




                                                47
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55