Page 447 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 447
bersama Allah tanpa perantara apapun. lv{ereka tidak mening-
galkan sama sekali wirid-wirid mereka selama pengembaraannya.
Kata mereka, "Kemurahan itu bagi mereka yang melakukan
bepergian jauh karena terpaksa, sedangkan kami dalam pengem-
baraan ini tidak ada kesibukan atau keterpaksaan."
Nashr Abadzi berkata, "Pernah saya merasa lemas di sebuah
gurun sehingga saya berputus asa untuk menyelamatkan jiwa
saya. Saya kemudian melihat bulan di siang hari. Di bulan itu
saya rnelihat tertulis:
rrv ,,;1r} i' 'eK:;;A
{
maka Allah akan mencukupi merekn ' (QS. Al-Baqarah: 137)
Saya pun melanjutkan perjalanan dan sejak saat itu hati saya
terbuka."
Menurut Abu Ya'qub As-Susi, seorang lnusafir butuh empat
hal dalam perjalanann y a, y aitu sebuah ilmtr yang menyetir diri-
nya, uAra' yang menahan dirinya, hati yang membawanya, dan
perangai (adab) yang menjaganya.
Dikatakan, dinamakan musafir karena bepergian ini melatih
akhlak para tokoh. Dalam suatu kisah dituturkanbahwa Ibrahim
Al-Khawwash ketika bepergian tidak membawa suatu apapun
yang berarti. Akan tetapi, ia tidak terpisah dengan jarum dan
tempat air. Jarum untuk menjahit pakaiannya jika robek supaya
auratnya tertutupi. Sedangkan tempat air digunakan untuk ber-
suci. Ia tidak melihat hubungan apapun selain untuk itu.
Abu Abdullah Ar-Razi bercerita, "Saya keluar rumah untuk
mengembara dari Tharsus dengan tanpa alas kaki. Saya bersama
seorang teman, lalu kami memasuki beberapa desa di Syam
(Siria). Kemudian datanglah kepada saya seor.rng miskin dengan
membawa sepatu dan memberikannya kepada saya. Saya meno-
lak memakainya. 'Pakailah sepatu ini. Engkau sangat lelah. Ia
datang dan membuka sepatu ini untukmu karena saya,' saran
ternan saya. Saya ganti bertanya,'Apakah yang menimpamu?'
Dia menjawab, 'Saya mencopot sandal saya untuk kamu dan
menjaga hak persah abatan."'
Ibrahim Al-Khawwash dalam perjalanan jauhnya ditemani
futa- ?czalta- ?ca 5a1,L 433
"alata*