Page 448 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 448

oleh tiga orang temannya.  Mereka  melakukan pengembaraan
                hingga sampai di sebuah  mesjid di padang pasir. Mer,eka  ber-
                malam di mesjid yang bangunannya tanpa pintu.Udara mal,am
                sangat dir,t  sekali, tetapi mereka tetap melakukan ibadah  ma-
                lam. Ketika datang waktu subuh, teman-temannya  melihat Ibra-
                him sedang berdiri di pintu. Mereka menghampiri  seraya menta-
                takan, "Sayakhawatir kamu kedinginan." Padahal dia telah ber-
                diri di pintu itu semalam.
                    Alkisah,  Muhammad Al-IGttani,  seorant   'rlamd  sufi, memin-
                ta izinibunya  untuk menunaikan ibadahhaji  dan sang ibu meng-
                izinlan. Dia pun berangkat.  Ketika sampai di gurtrn,  pakaiannya
                terkena percikan kencing.  "Sesungguhnya  keiadian ini pasti
                nrenandakan ada sesuafu dalam kondisi saya," gumamnya.  Ia
                pun pulang. Ketil@ mengetuk  pintu, ibunya mempersilakan.  Pin-
                tu dibuka dengan perlahan, dan pandangannya melihat ibunya
                duduk di belakang pintu. [a heran mengapa ibunya duduk di
                sifu, dan ia pun menanyakannya.  Ibtrnya menjawab,'hyayakin
                kamu tidak meninggalkan  tempat ini dan saya melihatmu  kem-
                bati.'

                    Ibrahim AlQashshar  berkata, "saya telah mengembara sela-
                matiga  puluh tahun.  Saya memperbaiki hati manusia untukbaik
                kepada  fakir miskin."
                    Dawud Ath-Thai, seorant ulama sufipematr menerimakun-
                jungan'seorang tamu pria. Thmu itu berkata,  "\rVahai Abu Sulai-
                man, hati saya bertengkar  ketika  drajuk untuk menemuimu. Keia-
                dian ini berlangsung cukup latrra."
                    ,"Tidak mentapa, selama tubuhmu  masih tenang danhatimu
                damai. Bertemu  itu masalah mudah."  Ulama  ifu berkata dengan
                tenang  dan datar.
                    Saya pemah mendengar Abu Nashr As-Sufi bercerita.  Dia
                mengatakan,  "Sayapemah  keluar mengembara  dari laut Oman.
                Di tengah perjalanan,  saya merasa  lapar. Saya melanjutkan per-
                jalanan  dengan melewati  pasar hingga  sampai di warung  ma-
                kanan.  Saya lihat daging-daging  kambint pantgant  dan buah-
                buahan setar yang manis. Saya bertemu  seorant pria. Saya kata-
                kan kepadanya, 'Belikan  saya barang-barang  ini.'
                    'Kenapa?  Apakah saya berhutang budi kepadamu, atau saya


                434  %t     f.rh*  ?Ll
                                      "e..r.l
   443   444   445   446   447   448   449   450   451   452   453