Page 577 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 577

yaitu dari orang yang mernpunyai ilmu-ilmu tauhid dan mana-
          jemen.
               Para pemimpin pada saat itu tunduk kepada guru (syaikh).
          Mereka  merendahkan  diri dan mengambil barakah  kepadanya.
          Tidak ada keagungan dan keistimewaan bagi mereka, bahkan
          sebaliknya. Hal ini seperti Ahmad  bin Hanbal ketika berada di
          hadapan Imam Syafi'i.
              Suatu saat Syaiban Ar-Ra'i  datang.  Ahmad bin Hanbal  ber-
          kata, "YaAbu Abdullah,  saya ingin memperingati orant ini kare-
          na dia tidak mempunyai  ilmu yang memadai  agar dia berusaha
          mencari  sebagian ilmu."
               "Jangan  kau kerjakan. Syaiban tidak akan menerima," sa-
          ran Imam Syafi'i.
              Akan tetapi, Imam Ahmad tetap mendatanginya dan berta-
          nya kepada  Syaiban,  " Apu pendapatmu tentang orang yang
          melupakan salat lima waktu dalam sehari semalam, sedang dia
          tidak tahu, salat yang mana yang dia lupakan.  Oleh karena itu,
          apa kewajiban dia yaSyaibarr?"

              "Ya Ahmad, hati ini telah melupakan  Allah Swt. OIeh karena
          itu, dia wajib diajari sehingga dia tidak lupa kepada Tuhannya."
          Seketika itu Ahmad jatuh pingsan. Ketika dia siuman,  Imam
          Syafi'i berkata  kepadanya,  "Bukankah saya sudah menyar€rn-
          kanmu,  janganlah hatimu tergerak untuk melaksanakan  itu,
          karena Syaiban  Ar-Ra'i orang yang bodoh. Orang yang bodoh
          keadaannya seperti itu. Dia tidak dapat diasumsikan  denganpara
          imam."
              Telah diriwayatkan bahwa seor€rng tokoh fikih mempunyai
          tempat kuji* yang terletak di samping tempat kajian Dalf Asy-
          Syibli di mesjid  Al-Manshur.  Seorang  tokoh fikih itu Abu Imran.
          Tempat kajian para santrinya menjadi berantakan  karena  ucapan
          Asy-Syibli.  Suatu hari santri-santri Abu Imran bertanya kepada
          Syibli tentang masalah haid (menstruasi).  Mereka bermaksud
          menjatuhkannya.  Syibli menyebutkan  beberapa pendapat para
          ulama tentang masalah  itu. Perselisihan  tidak dapat dihindari.
          Di antara  mereka terjadi silang  pendapat.  Kemudian  Abu Imran
         berdiri dan mencium kepala  Syibli  seraya berkata,  "Ya Abu Bakar
          (pangilan Asy-Syibli), engkau telah menjelaskan sepuluh  pen-

                                            K.eabl Pohl J..  K.r.a.l   563
   572   573   574   575   576   577   578   579   580   581   582