Page 70 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 70

Kaum sufi mengartikan,  waktu sebagai sesuatu  yang
               mempertemukan mereka  secara kebetulan (tanPa rancangan)  dari
               rantai zaman (durasi waktu yang dikendalikan Al-Haqq), tanpa
               mereka  bebas  memilihnya  untuk diri mereka. "Seseorang  dengan
               hukum waktu," kata kaum sufi. Artinya, dia pasrah pada sesuatu
               gaib yang tampak tanpa punya  kemampuan  memilihnya.  Dia
               dalam sesuatu yang bagi Allah tidak memiliki  masalah; atau
               ketentuan dengan  kebenaran sy ar' i. Kalau begitu, penyia-nyiaan
               sesuatu yang engkau  telah diperintahkannya,  pemindahan
               sesuatu  yang di dalamnya  sudah ada ketentuan,  dan mening-
               galkan perhatian  pada sesuatu yang terjadi dari dirinya karena
               pengurangan  adalah bentuk  sikap keluar dari agama.
                   Waktu ibarat pedang. Sebagaimana pedang  yang mampu
               memenggal,  maka begitu pula dengan waktu. Dengan  "keber-
               laluan", waktu adalah  kepastian dan dengan "*dar:tg" atau "yang
               akan datang" waktu mengalahk4n.
                    Mata pedang itu amat lembut dan tajam. Keberadaarurya
               memiliki fungsi ganda.  ]ika  seseor.rng  memperlakukannya secara
               lembut, ia akan selamat; dan jika sebaliknya,  ia akan tercerabut
               dari akarnya.  Demikian pula dengan waktu. Bagi seseorant yang
               patuh pada hukum waktu, ia akan selamat;  dan bagi yang
               menentangnya,  maka waktu akan berbalik menjadi bumerang
               dan melemparkan  pemiliknya.
                    Barangsiapa yant bekerja sama dengan  waktu, maka waktu
               akan menjadi  miliknya; dan jika ia menghabiskanny+ maka wak-


               batin yang berbeda-beda.  Terkadang  mereka  mengatakan  ketika  dalam
               hal Al-Mahwu  (terhapus),  terkadang juga dalam hal sadar.
               - Terakhir,  Imam Ibnu Taimiah  menafsiri masalah ini dengan tanpa
               memberi  perlawanan.  Tanggapannya  jemih dan bersifat moderat.  Beliau
               mengatakan, "D sisi mereka ada yang'kurus'ada juga yang'gemuk'.
               Di antara mereka terdapat ahli kebenaran,  hakikat, kepahaman, dan
               makna-makna yang lembut; ada juga yang jauh dari hal ini (kelompok
               sesat)." Inilah penafsiran  beliau yant sempatdirekam murid tersayang-
               nya Ibnul  Qayim dalam kitabnya  Syarah  Madaijus Salikin. Dia meng-
               ambil malna-malqra  tasawuf dengan ungkapan-ungkapan  dan kalimat-
               kalimat yang diridai ahli tlwriqah  juga diridai kelompok  lain. Bahkan,
               dia meniadikan  lidah syariat yang suci dengan  dibungkus malqra-makan
               dan rasa batiniah  mereka.


               56    9*la  7./4*  t2(*
                                     "uul
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75