Page 73 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 73
sikap taat dan selalu memandangnya kurang (meski sudah
bersikap taat secara optimal).'
'Sebenamya kalian hanya memerintahkan ajaran Maju-
Buru
si,' sanggah Al-Wasithi,'Mengapa dia tidak memerintahkan kali-
an peniadaan diri pada pengakuan aktualisasi ketaaran(al-ghibah)
dengan memandangnya sebagai pertumbuhan yang wajar dan
tempat proses aliran ketaatan yang ternisbatkan hanya pada
Allah.'"
Sesungguhnya maksud Al-Wasithi berbicara dernikian
adalah untuk menjaga mereka dari sikap heran pada dirinya
sendiri (karena sudah rnerasa menjalankan nilai-nilai ketaatan,
yaitu ujub dalam ibadah); supaya tidak tenggelam dalam
perasacrn selalu kurang atau membiarkan tanttuan kelembutan
etika ibadah tetap berjalan. Itu adalah peniadaan diri dengan
pengadaan Diri Allah dalam segala aktivitas.
3. AL.HAL
Al-Hal atauHaL Seadaan) menurut kaum sufi adalah makna,
nilai atau rasa yang hadir dalam hati secara otomatis, tanpa unsur
kesengajaan, rpaya,latihan, dan pemaksaan, seperti rasa gem-
bira, sedih, lapang, sempit, rindu, gelisah, takut, gemetar, dan
lain-lainnya. Keadaan-keadaan tersebut merupakan pemberian,
sedangkan maqam adalah hasil usaha. Hal (keadaan) datang dari
Yang Ada dengan sendirinya, sementara maqam terjadi karena
pencurahan perjuangan yang terus-menerus; pemibk maqam
memungkinkan menduduki maqamnya secara konstan, semen-
tara pemilik hal sering mengalami naik-turun (berubah-ubah)
keadaan hatinya.
Salah seorang guru sufi berkata, "Hal rbarat kilat, jika halltu
tetap, maka dia menjadi suara hati."
Para guru sufi menyatakan bahwa hal, sebagaimana namra-
nya, menunjukkan arti tentang sesuatu (rasa, nilai, getaran) yang
menguasai hati kemudian hilang.
seandainya hal tidak menguasai luti
%cat+Qaad'7u4 59