Page 76 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 76

sehingga dirinya  sepenuhnya  terkuasai oleh sifat "Qabidh"-Nya,
               yaitu Sang Penggenggam).
                    Demikian pula dengan hamba yang terlapangkan  (al-mab-
               suth). Dalam kondisi demikian, kelapangan atau kegembiraan
               yang memperluas atau melapangkan kemakhlukannya  tidak
               membuatnya  merasa jijik pada sesuatu  (di matanya segalanya
               terasa lapang dan rnenyenangkan). Hamba  yarrrg  mabsufh  tidak
               akan terpengaruh  oleh sesuatu yang berkaitan dengan hal
               (keadaan yang mengkondisikan  suasana batinnya).
                   Saya pemah mendengar Ustaz Abu Ali Ad-Daqaq, semota
               AUah merahrnatinya, berkata, "Sejumlah  orang pernah mengun-
               j*gi  Ali Abu Bakar AlQahthi, seorang ulama sufi yang zahid.
               Dia mempunyai  seorang  putra laki-laki  yant mengambil sesuatu
               yang biasa diambil anak-anak (berupa sesuatu  yang jelek tapi
               halal). Anak ini sedang berada di pintu masuk. Ketika dia teng-
               gelam dalam permainan  bersama kawan-kawmnya,  pengunjung
               tersebut terenyuh  dan prihatin  melihat  keadaan AlQahthi,  lalu
               bergumam,'Miskin .... Guru ini benar-benar miskin.  Bagaimana
               dia sampai tega menguji anaknya dengan sesuatu yang jelek
               (menyakitkan  dan berat).' Begitu masuk di kediaman  Al-Qahthi,
               pengunf  ung itu tidak menemukan  satu ptrn alat penghibur (sara-
               na dan fasilitas hidup) di.dalamnya, sehingga mernbuatnya  tam-
               bah heran dan berkata,  'sungguh  aku menjadikan diriku  sebagai
               tebusan bagi orang (Al-Qahthi)  yeng gunung pun tidak akan
               mampu rnempengaruhi.' Kemudian Al-Qahthi  menjawab, 'Se-
               sungguhnya kami dalam kehanyutan  beribadah telah dibebaskan
               dari belenggu (ketergantungan hati) sesuatu."'
                    Di antara unsur-unsur  terdekat yang mentharuskan keha-
               diran s uasan a a l- qab dhu ad alah kehadiran  a I -w ar id (mungkin be ru-
               pa kesadaran emosi keagamaan atau suasana batin yang menyi
               ratkan kesan makna khauf,  segan, dan tercekam terhadap  Allah)
               pada hati seorant hamba yant memunculkan  isyarat kecaman
               (teguran dan kritikan terhadap  diri sendiri dalam rangka  penyem-
               purnaan kehidupan keagamaannya) atau lambang  (isyarat
               perbaikan moral)  kritikan  diri yang melangkah pada perbaikan
               diri hamba, sehingga  dalam hati tidak terjadi lagi keharusan al-
               qnbdlru (mengalami peningkatan  maqam  setelah  al-qabdhu).
                    K.rdang-kadang  bebe rapa nl-uarid yang mengharuskan

               62    Sq4la  k/tz.   ?tru
                                     "ery/
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81