Page 80 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 80
saya rasakan, dan hakikatku yang zhahir itu seperti ini (penge-
lupasan rambut); sedangkan saya masuk dan tenggelam dalam
kepedihan di hatiku, sehingga saya hanya merasakan kepedihan
batin (pedih karena cinta, rindu, dan takut pada Allah) yang
membuat kepedihan zhahir tertutup dariku, maka saya tidak
menemukan kepedihan. Kepedihan tidak tertutup dariku dan
aku tidak mempunyai kemampuan untuk merasakannya."'
Al-hnibah dan al-anasil mempunyai keadaan. Jika keduanya
tampak (muncul), maka ahli hakikat mengatagorikannya sebagai
kekurangan karena adanya perubahan pada diri salik. Sementara
ahli tamkin (golongan yang telah mencapai kestabilan rohani, tidak
terpengaruh oleh berbagai rasa, seperti rasahaibah darr anasu),
posisinya lebih tinggi di atas ahlu taghayyur (golongan yang hatil
nyabelum stabil dan masih telpengaruh oleh kemunculanberbgai
rasa, sepertil<lwuf,lwibah, Annsu, dan lain-lain). Mereka, "ahlu tam-
kin" keberadaannya menjadi sima di mata keberadaan yang ada
(sirna di mata ahlt zhahir), maka baginya tidak ada luifuh, tida.k
pula anasu. Mereka tidak memiliki kesadaran dan rasa. Sebuah
hikayat terkenal dari AbuSaid Al-I(harraz menuturkan, -Ketika
saya di tengah turun sahara yang sepi, saya mendendangkan
tembang kerinduan:
saya datang, tapi tidak tahu
di padang matu saya berada (bingung)
selain apa yang dilatalan manusia
tentang (diri) dan jenis saya
saya datang ke negcri jin ilan manusin
tapi tidak saya jumpai seorang jiwa pun
yang mampu mendatangi jiwa saya
Kemudian saya (Abu Said Al-Kharraz) mendengar suara
(tanpa ujud) yant membisiki telinga batin saya dengan menta-
takan:
zoahai orang yang melihat sebab-sebab
yang lebih tinggi keberadaarutya
bergembira di padang sesat
yang dekat dan di (ala,n) manusia
66 S<*14 7-,/t -'7h&'7"**l