Page 83 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 83

atau zikir). Setiap orant yang tugas-tugasnya  umlah pengamal-
                                                        f
            an wirid) bertambah,  maka akan bertambah  (pula) kelembutan-
            kelembutannya  (rahasia-rahasia  wirid) yang diperolehnya  dari
            Allah."
                Ustaz Abu. Ali Ad-Daqaq,  semota Allah merahmatinya,bt-
            kata, "Kehadiran  waridat  (sesuatu  yang datang berupa rasa atau
            prestasi batin dan warid adalah bentuk mufradnya) berkaitan
            dengan wirid-wirid  (yang diamalkan). Barangsiap a secara zlwhir
            tidak punya (tidak melakukan) wirid, maka secara batin tidak
            ada warid yang datang. Setiap wijdu dari pemiliknya yant
            memiHM  sesuatu  bukanlah  wij du. *bagaimana  se orang wlik y ang
            membebani dirinya  dengan berbagai  amalan zluhir (bacaan wirid)
            yang nantinya  akan memperoleh manisnya taat. Maka dari itu,
            apa-apa yant membuat  seorang salik turun (unfuk memposisikan
            batinnya) dari hukum-hukum  batin menjadikan dia harus men-
            dapatkan sejumlah wijdu. Dengan  demikian,  rasa manis  adalah
            buah dari amalan-amalan wirid, sedangkan uijdu merupakan
            hasil dari posisi (batin) yang diraihnya."
                 Ad'apun wuiud keberadaannya setelah kenaikan aij du. Tidak
            adaurujud Al-Haqq kecuali setelah padamnya sifat kemanusiaan,
            karena tidak ada sifat kemanusiaan  yang tetap  (eksis atau muncul)
            ketika kekuasaan yant sesuntguhnya  (sultan Al-Haqq) muncul.
            Inilah arti ucapan Abu Husin An- Nuri: "Sayasemenjak  dua pu-
            luh tahun antara wijdu danfaqdu  (svna).  Artinya, jika saya men-
            dapati Tuhanku,  maka saya tidak mendapati hatiku (sima atau
           faqdu).  ]ika  saya mendapati hatiku  (eksistensi diri dalam batin),
            maka saya tidak mendapati Tuhanku."  Pengertian ini paralel
            dengan  pendapat  Imam Al-]unaid:  "IImu tauhid berbeda-beda
            menurut keberadaan  wujud (seseorang). Wujud-nya (juga)
           berbeda-beda  menurut ilmunya. "3
                   Seorang  penyair  sufi mengatakan:



               sArtinya,  seorang hamba yang memahami  tauhid dengan dalil- dalil
           Al-Quran  dan hadis tidak dapat menemukan wujud-N)'a,  karena
           wujud-Nya tidak ditetapkan pada hamba yang bersamanya rasa
           keberadaan dirinya masih  kental. Hal itu dikarenakan pentanttapan
           lebih atas kemampuan ilmu dan proyeksi dalildalilnya.


                                                   WM         ?t-uy'    69
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88