Page 87 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 87

7. AL.JAM'U DAN AL-FARQU


                Dua istilah ini berlaku di kalangan ahli sufi8. Ustaz Abu Ali
           Ad-Daqaq pemah mengatakan  ,  bl-farqu dihubungkan pada Anda,
           sedangkan  al-jam'u  merupakan  sesuatu yang dicabut dari Anda."
           Artinya, pelaksanaan  ibadah yang keberadaannya merupakan
           hasil upaya salik dan apa-apa  yang hanya patut dengan tingkah-
           polah (keadaan)  ke manus iaan dinama  kan  far  qu . Sedangkan hal-
           hal berupa penampakan  makna, penguluran kelembutan,  dan
           penuangan kebagusan  yang hanya bisa dihubungkan  dengan
           Al-Haqq adalah jam'u. Barangsiapa dirinya dijadikan saksi oleh
           Al-Haqq untuk mempersaksikan semua perilakunya dengan
           ketaatan dan penentangan  pada yang tidak benar,  maka dia ada-
           lah seoran g s alik y arrg disif ati   qu . Dan barangs  iap a y {tt  dij a di-
                                       far
           kan saksi olehAl-Haqq  untuk menguasai dirinya berupa penam-
           pakan perilaku-perilaku ketuhanan Dzat Yarrg Mahasuci,  maka
           dia adalah seortrnt salik yang diberi kesaksian  jam'u. Dengan
           demikian,  penetapan  kemakhlukan melalui pintt  farqu,   dan pene-
           tapan ke-hakikat-an  (ketuhanan DzatAl-Haqq)  melalui  srtat jam'u.

               Seorang salik harus pernah  mengalami jam'u dan     farqu.
           Seseorang  yang tidak pemah mengalamifarqu,  ibadahnya  tidak
           bernilai.  Seseorang yang tidak pemah mengalami jam'u, dia tidak
           mungkin mencapai  maqam ma'rifat. Firman Allah yang berbunyi
           iyyaaka na'budu  (QS. Al-Fatihah: 4) merupakan  isyarat akan
           adanya  farqu.  Sedangkan iyyaakn nasta'iin  (QS. Al-Fatihah: 5)
           merupakan gambaran  keberadaan jam' u.

               lika  salikberdialog  dengan Tuhannya  melalui bisikan lidah-
           nya dengan meletakkan dirinya dalam posisi sebagai pengadu,
           pendoa,  pemuji,  pengucap syukul, atau pemunajat,  maka haki-
           katnya  dia dalam posisifarqu.Iika  dia memperdengarkan  dengan
           kekuatan  rahasianya pada sesuatu yang dimunajatkan kepada
           Maulanya  (maksudnya  Allah Zat Yang mengatur dirinya), dan


              tLafal   Al-Jam'u  diambil dari makna keterkurnpulan  semangat Al-
           Hnqq, sedangkan lafal Al-Farqu  diambil  dari makna semangat
           keterpisahan  diri dengan seluruh alam bersama  Al-Haqq. Al-laami'  dan
           Al- Mufarriq hakika  tnya adalah Allah.

                                                  %ca*eanbl            73
                                                              "u4
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92