Page 86 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 86
memetant betis Jahrnu, lalu ditancapkannya ke tanah sehingga
dia tidak mungkin bergerak lagi. 'Wahai Tuan Guru,' nntihlahmu,
'tobat ... tobat ... saya tobat.'Dan Abu Bakar membiarkannya."
Ustaz Asy-Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq mentomentari keja-
dian ini: "Luapan kemarahan |ahmu bersama Al-Haqq. Kemam-
ptan Abu Bakar Ad-Daqqi mencegah kemarahan )ahmu juga
bersama Al-Haqq. Akan tetapi, ketika Jahmu sadar bahwa maqam
Ad-Daqqi berada di atas maqamnya, dia kembali sadar dan
pasrah."
Seperti demikianlah keadaan orang yang tidak satu pun hal
yang mendurhakainya bersama Al-Haqq. Seseorang yang menta-
lamimahwun, dia(merasa) tidak punya ilmu, tidak berakal, tidak
paham, dan tidak berasa.
Istri Abu Abduliah At-Taraghindi mengisahkan bencana
kelaparan yang terjadi di musim paceklik, "Ketika musibah
kelaparan menimpa, banyak manusia yang mati kelaparan.
Kemudian Abu Abdullah, suaminya, pulang ke rumah, dan di
sudut kamar dia melihat dua timbangan gandum. Dia terkejut
dan merasa bersaLah, bagaimana mungkin gandum bisa ada di
rumahnya. 'Orang-orang mati kelaparan, sementara di rumahku
masih tersisa sedikit gandum,' tangisnya. Hal itu membuat
pikirannya kusut. iwanya tergoncang. Kesadarannya terbelah.
f
Dia merasa berdosa yang seoiah-olah tak terampuni lagi. Keadaan
itu membuatnya tidak sadarkan diri kecuali ketika waktu salat
fardu tiba. Selesai menjalankan salat, dia kembali tidak sadar
(maq am mahutun), dan keadaan ini terus berlangsung hingga maut
menjemputnya."
Ini adalah hikayat yang menunjukkan keberadaan seorang
laki-laki yang tetap menjaga hukum-hukum syar'i meski hukum-
hukum hakikat sedang menguasai dirinya, Dan, ini merupakan
salah satu sifat ahli hakikat. Kemudian sebab kesimaan dirinya
dari kemampuan membelah kesadarannya untuk membantu
saudara-saudaranya (umat Islam) yang kelaparan, sehingga
membuatnya tak sadar, merupakan bentuk tingkat maqam hakikat
yang tinggi.
72 Set K.fa- qbo ?uul