Page 79 - RISALAH QUSYAIRIYAH
P. 79
Hakikat haibah adalah kesirnaan, dan setiap salik yang
mengalami haibah (hnib) pasti sima (gaib). Orang-orant yant
mengalami haibah, ke-hoibah-annya berbeda-beda rnenurut
perbedaan mereka dalam ke-gaib-anny a.
Hakikat al-anasu adalah muncul, bangun, sadarbersamaAl-
Hoqq.Setiap salik yang mengalami kesadaran (al-anasu) akan
bersinar dan bangkit, seperti bunga yang sedang mekar; kemu-
dian mereka berbeda-beda (tingkatan kesadarannya) menurut
perbedaan mereka dalam "minuman" (serapan kerohanian). Oleh
karena itu, tidaklah heran bila kaum sufi mengatakan bahwa pa-
ling rendahnya tingkat kedudukanal-anasu apabila yant ment-
. alaminya dilemparkan ke api neraka (apalagi api dunia), kemesra-
aru1ya (al-anasu) bersama AUah tidak akan terkeruhkan (terpenga-
ruh) oleh panasnya api itu.
Imam Al-Junaid berkata, "Saya pemah mendengar As-Sirri
berkata, 'Seorang salik akan sampai ke batas al-anasu (ditandai
dengan) jika wajahnya dihantam sebilah pedang, maka dia tidak
akan merasakan apa-apa. Di dalam hatiku ada sesuatu sehingga
tampak bagiku bahwa semua perkara harus seperti demikian (yai-
fu, sekiranya rasa dan kesadaran menunjukkan bahwa kesem-
puma€rn ketenggelaman diri, bersama Allah, akan menghilang-
kan semua rasa yang berkaitan dengan nafsu)."'
Ahmad bin Muqatil Al-'Aki mengatakan, "Saya pernah
mengunjungi Asy-Syibli. Ketika itu, beliau sedang mengelupasi
rambutnya dari arah alis dengan penjapit logam yang kasar dan
tumpul, lalu saya katakan kepada beliau, 'Wahai Tuan, mem:rnt
Anda sendiri yang melakukan ini)tetapi rasapedihnya memantul
kepadaku.' Kemudian Asy-Syibli menjawab,'Celakalah kau!
Flakikat yang tampak (entitas kepedihan senru) padaku tidak
Sedangkan al-anasu tumbuh dari raja' . Orang yang takut (kluufl Allah
dan mengetahui kekurangan dirinya di dalam pemenuhan hak Allah,
hatinya pasti tercekarn seperti tergenggam dalam genggaman-Nya. Yang
tersisa dalam dirinya hanya kesibukan rabbani bersama Allah. Hal ini
menghasilkan haibah yang tumbuh dalam dirinya. Seseorang yang
angan-angan kebaikannya sampai kepada-Nya, hatinya meniadi
terlapangkan (basthu) sehingga yang tersisa dalarn dirinya hanya
kesibukan rabbani bersama Allah. Hal ini menghasilkan Al-Anasu.
MbM 65
".14