Page 205 - Hadits-Jibril-Penjelasan-Hadits-Jibril-Memahami-Pondasi-Iman-Yang-Enam-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 205
188 | H a d i t s J i b r i l
Al-Imam Badr ar-Rasyid al-Hanafi (w 768 H) dalam
karyanya berjudul Risalah Fi Bayan al-Alfazh al-Kufriyyah, h.
19, berkata:
ْفْامْوعفنيْلاو ْ رفاكْونإْناٌِلإاْىلعْوبلقوْاعئاطْوناسلبْرفكْنم
ْنمؤهداْنمْفرعيْانمإْرفاكلاْنلأْانمؤمْللاْدنعْنوكيْلاوْوبلق
ْ ىا للاْدنعوْاندنعْارفاكْناكْرفكلابْقطنْنإفْوبْقطنيْابم
“Barangsiapa mengucapkan kata-kata kufur
dengan lidahnya dan tanpa ada yang memaksanya
(artinya bukan dibawah ancaman bunuh),
walaupun hatinya merasa tetap dalam iman; maka
sesungguhnya orang ini adalah seorang kafir. Dan
apa yang ada dalam hatinya tidak dapat
memberikan manfaat apapun bagi dirinya. Orang
semacam ini bagi Allah adalah seorang yang kafir,
oleh karena sesungguhnya seorang mukmin itu
diketahui bahwa ia seorang mukmin adalah dari
apa yang diucapkannya, dengan demikian apa bila
ia berkata-kata kufur maka sungguh ia telah
menjadi kafir; menurut kita dan menurut Allah”.
Syekh Mulla Ali al-Qari‟ al-Hanafi (w 1014 H) dalam
kitab Syarh al-Fiqh al-Akbar (al-Fiqh al-Akbar adalah karya
al-Imam Abu Hanifah an-Nu‟man ibn Tsabit al-Kufi, w 150
H), pada h. 274, berkata: