Page 206 - Hadits-Jibril-Penjelasan-Hadits-Jibril-Memahami-Pondasi-Iman-Yang-Enam-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 206
H a d i t s J i b r i l | 189
ْدقتعيْلاوْاىانعبمْ اهداعْ رفكلاْ ةملكبْ ملكتْ اذإْ ونأْ ملعاْ ثم
ْفْةيعاوطْ عمْ لبْ هاركإْ يَّغْ نمْ ونعْ تردصْ نكلْ اىانعم
ىا"رفكلابْويلعْمكيَْونإفْوتيدأت
“Ketahuilah, bila seseorang berkata-kata kufur, ia
mengetahui makna kata-kata kufur tersebut; --
walaupun ia tidak meyakininya sebagai
kekufuran--, lalu kata-kata kufur ini terjadi dari
dirinya bukan karena paksaan tetapi terjadi
dengan keinginannya sendiri (artinya dalam
keadaan normal tanpa paksaan dengan ancaman
bunuh) maka orang ini dihukumi sebagai orang
kafir”.
Dalam kitab al-Fatawa al-Hindiyyah, kitab fiqih
dalam madzhab Hanafi ditulis oleh kumpulan ulama India
yang diketuai oleh Syekh Nizhamuddin al-Balkhi dengan
intruksi langsung dari penguasa India pada masanya; yaitu
Abu al-Muzhaffar Muhyiddin Muhammad Urnakzib, pada j.
2, h. 259-261, tertulis sebagai berikut:
ْلاأْ :لجرلْ ليقْ اذإْ اذكو"ْ ،"لىاعتْ للْ ناكهداْ تابثإبْ رفكي
ْاذك،ارفاكْيَّصيْ،لاْ:بضغلاْةلاحْفْلاقفْ،لىاعتْللاْىشتُ
ىا"ناخيضاقْىواتفْف
“Orang yang menetapkan tempat bagi Allah telah
menjadi kafir. Demikian pula jika ada seorang
yang berkata kepadanya: “Tidakkah engkau
merasa takut kepada Allah? Lalu dalam keadaan