Page 26 - Hadits-Jibril-Penjelasan-Hadits-Jibril-Memahami-Pondasi-Iman-Yang-Enam-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 26
H a d i t s J i b r i l | 9
Dalam menafsirkan QS. al-Ikhlash: 4 ini, para ulama
Ahlussunnah menyatakan bahwa alam (yaitu segala sesuatu
selain Allah) terbagi kepada dua bagian. Yaitu; benda dan
sifat benda. Yang pertama; Benda, terbagi kepada dua
bagian, yaitu:
1. Hajm Lathif: Yaitu benda yang tidak dapat dipegang atau
disentuh oleh tangan. Seperti cahaya, kegelapan, ruh,
dan lain sebagainya.
2. Hajm Katsif: Yaitu benda yang dapat dipegang atau
disentuh oleh tangan. Seperti manusia, dan benda-benda
padat lainnya.
Adapun yang kedua, yaitu sifat benda, artinya sifat-
sifat dari Hajm Lathif dan sifat-sifat dari Hajm Katsif.
Contohnya bergerak, diam, berubah, bersemayam, duduk,
beridiri, terlentang, berada di tempat dan arah (baik atas,
bawah, kanan, kiri, depan maupun belakang), turun, naik,
panas, dingin, memiliki warna, bentuk, dan sebagainya.
Ayat QS. al-Ikhlash: 4 ini menjelaskan kepada kita
bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya. Bahwa Allah
bukan sebagai Hajm Lathif, juga bukan sebagai Hajm Katsif,
dan bahwa Allah tidak disifati dengan sifat-sifat benda
tersebut. Dari ayat ini para ulama Ahlussunnah Wal Jama‟ah
mengambil dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa
arah. Karena bila Allah mempunyai tempat dan arah maka
berarti Allah mempunyai banyak keserupaan dengan
makhluk-Nya, dan mempunyai dimensi, yaitu panjang, lebar,
dan kedalaman. Padahal sesuatu yang memiliki dimensi
semacam ini pastilah merupakan makhluk, bukan sebagai
Tuhan. Mustahil Allah membutuhkan kepada yang