Page 50 - Hadits-Jibril-Penjelasan-Hadits-Jibril-Memahami-Pondasi-Iman-Yang-Enam-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 50
H a d i t s J i b r i l | 33
Ini adalah hadits lemah. Namun demikian hadits ini oleh
sebagian ulama ditakwil, yaitu dalam pengertian bahwa Allah
mengetahui segala sesuatu dari penjuru bumi ini dari
berbagai arahnya, adapun Allah ada tanpa tempat dan tanpa
arah. Justru hadits ini sebagai bukti sebagaimana yang
dipahami oleh para ulama bahwa Allah tidak diliputi oleh
tempat dan arah.
Al-Hafizh Ibn Hajar al Asqalani berkata:
ْىلعْطبوذْريدقتلافْ،راطقلأاْعيجمْلمشيْللاْملعْنأْهانعم
ْ،نكاملأاْفْلولمحاْنعْهزنتْلىاعتوْ وناحبسْ للاوْ ،للاْ ملع
ْونعْولقنْ، ىاْنكاملأاْثدتّْنأْلبقْناكْلىاعتوْوناحبسْللاف
ْهركذوْ،"ةنسمحاْدصاقهدا"ْوباتكْفْيواخسلاْظفامحاْهذيملت
َّ
ويلعْهرقأوْيفنمحاْنولوطْنبْدم يزْخرؤهداْثٍٓ دلمحاْظفامحاْاضيأ
ً
“Makna hadits ini adalah bahwa Allah
mengetahui segala penjuru bumi ini. Pemahaman
redaksi “Lahabatha „Ala Allah” adalah “La
Habatha „Ala „Ilm Allah”; (artinya sejauh apapun
seseorang diasingkan maka tetap Allah
mengetahui keadaannya). Adapun Allah maha
suci dari berada pada tempat dan arah. Allah
maha ada sebelum Dia menciptakan tempat dan
arah tanpa tempat dan arah. (Perkataan Ibn
Hajar ini dikutip oleh muridnya sendiri; yaitu al-
Hafizh as Sakhawi dalam kitab al-Maqashid al-
Hasanah . Juga dikutip oleh al-Hafizh al-
11
11 Al-Maqashid al-Hasanah, nomor. 86, h. 342