Page 88 - Hadits-Jibril-Penjelasan-Hadits-Jibril-Memahami-Pondasi-Iman-Yang-Enam-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 88
H a d i t s J i b r i l | 71
Melainkan lafazh atau tulisan “Allah” tersebut hanya sebagai
ungkapan („Ibarah) bagi adanya Tuhan yang wajib kita
sembah, yang bernama “Allah”. Demikian pula dengan “al-
Qur‟an”, ia disebut “Kalam Allah” bukan dalam pengertian
bahwa itulah sifat Kalam Allah; berupa huruf-huruf, dan
dalam bahasa Arab. Tetapi al-Qur‟an yang dalam bentuk
huruf-huruf dan dalam bentuk bahasa Arab tersebut adalah
sebagai ungkapan dari sifat Kalam Allah adz-Dzati.
Dengan demikian harus dibedakan antara al-Lafzh al-
Munazzal dan al-Kalam adz-Dzati. Sebab apa bila tidak
dibedakan antara dua perkara ini, maka setiap orang yang
mendengar bacaan al-Qur‟an akan mendapatkan gelar
“Kalimullah” sebagaimana Nabi Musa yang telah mendapat
gelar “Kalimullah”. Tentu hal ini menjadi rancu dan tidak
dapat diterima. Padahal, Nabi Musa mendapat gelar
“Kalimullah” adalah karena beliau pernah mendengar al-Kalam
adz-Dzati yang bukan berupa huruf, bukan suara dan bukan
bahasa. Dan seandainya setiap orang yang mendengar
bacaan al-Qur‟an mendapat gelar “Kalimullah” seperti gelar
Nabi Musa, maka berarti tidak ada keistimewaan sama sekali
bagi Nabi Musa yang telah mendapatkan gelar “Kalimullah”
tersebut.
Dalam al-Qur‟an Allah berfirman:
ِ
ِ
ِ
َّ
ْ هرجَأف
ر
ْ وللا ْ ْ ملاك ْ ََ ْ عمسي ْ َّْ تىح ْ ُْ ِ َ ْ َْ كراجتسا ْ ْ يكشمْ ْ لا َ ِ ْ ْ نم ْ دحَأ ْ ْ نإو َ
ْ
ٌ
َ ْ
َ َ َْ
َ
َ
ُ
َ
َ َ ْ َ
ٙ ) ْ:ةبوتلا(
“Dan apa bila seseorang dari orang-orang
musyrik meminta perlidungan darimu (wahai