Page 184 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 184
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 182
Dari riwayat ini kita dapat menarik pelajaran penting, bahwa
bila sahabat Umar ibn al-Khaththab yang memiliki derajat tinggi
sebagai mujtahid di kalangan para sahabat, pula yang disabdakan
dalam hadits Rasulullah bahwa kebenaran akan selalu
menyertainya, telah terjatuh dalam kesalahan. Maka para ulama kita
yang datang sesudah para sahabat, dengan segala keutamaan dan
kompetensi yang mereka miliki serta keagungan-keangungan karya
yang telah mereka tulis --dengan tanpa tujuan mengkritik--, secara
pasti tetap memiliki kemungkinan jatuh dalam kesalahan-
kesalahan 211 .
Bahkan adanya kemungkinan terjatuh dalam “kesalahan”
dalam berijtihad secara nyata banyak kita temukan dalam
ungkapan-ungkapan Imam asy-Syafi’i. Misalkan, ungkapan beliau
yang sangat terkenal:
ِ
ِ بِهْ ذم وه ف ثيدْ لحا حص اذإ
َّ
َ
َ
َ
َ َ َُ ُ ْ َ
ْ
211 Yang dimaksud penulis di sini bukan sikap apriori terhadap pendapat
para ulama. Adapun orang yang mengatakan bahwa ia tidak butuh kepada
pendapat para ulama dengan alasan bahwa ia sendiri telah dapat memahami teks-
teks syari’at maka orang semacam ini adalah orang bodoh dan sesat. Terlebih bila
ia mencaci maki imam madzhab yang empat dan para ulama lainnya. Orang
seperti ini adalah orang yang tidak mengetahui posisi dirinya dan proporsi
akalnya. Biasanya ia berkata: “Kami tidak membutuhkan madzhab”, atau berkata:
“Madzhab kami hanya al-Qur’an dan Sunnah”, atau kadang mereka berkata
“Nahnu Rijâl Wa Hum Rijâl (Kita manusia dan mereka --para ulama-- juga
manusia)”. Perkataan-perkataan mereka semacam ini justru menegaskan bahwa
mereka tidak paham terhadap kandungan al-Qur’an dan Sunnah. Segala praktek
ibadah dan keyakinan orang-orang semacam ini patut disesatkan, cukup dengan
hanya satu alasan saja; ialah bahwa mereka tidak memiliki mata rantai (sanad)
dalam keilmuan dan mereka tidak akan bisa mempertanggungjawabkan cara
beragama mereka tersebut.