Page 186 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 186
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 184
dari hal ini adalah hadits-hadits Rasulullah. Dalam keyakinan kita,
bahwa hadits-hadits tersebut bila benar adanya dari Rasulullah,
dengan umpama kita melihat sendiri Rasulullah mengucapkannya,
tentu saja kita akan memastikan kebenarannya. Namun yang
menjadi masalah ialah orang-orang yang meriwayatkan hadits-
hadits (Ruwât al-Hadîts) tersebut setelah generasi sahabat kepada
kita, apakah mereka dapat dipercaya atau tidak?! Adakah
kemungkinan lafazh-lafazh hadits tersebut mengalami perubahan
atau tidak?! Karena itu dari sini timbul derajat-derajat hadits dengan
istilah shahîh, hasan atau dla’îf.
Demikian pula dengan karya-karya para ulama kita
terdahulu, bahwa kemungkinan adanya reduksi atau perubahan,
baik dalam kata-kata maupun makna-makna yang terkandung
dalam karya-karya tersebut, atau kemungkinan bahwa orang-orang
yang mengutip dan menggandakan karya-karya tersebut orang-
orang yang tidak kompeten dan tidak terpercaya adalah sebuah
keniscayaan. Karena itu, seperti yang dinyatakan oleh para ulama
kita sendiri bahwa tidak ada satupun kitab yang secara mutlak
ditetapkan kebenarannya dan keterpeliharaannya di dunia ini selain
al-Qur’an.
Contoh yang terjadi dalam kasus ini adalah peristiwa yang
menimpa salah satu karya Imam al-Ghazali berjudul ad-Durrah al-
Fâkhirah Fî Kasyf al-‘Ulûm al-Âkhirah. Kitab ini benar adanya
merupakan salah satu karya yang telah ditulis oleh al-Ghazali,
sebagaimana telah dinyatakan oleh para ulama terkemuka seperti
Imam al-Qurthubi dalam kitab al-Tadzkirah Fî Ahwâl al-Mautâ Wa
Umûr al-Âkhirah, al-Hâfizh Ibn Hajar al-Asqalani dalam Takhrîj
Ahâdîts asy-Syarh al-Kabîr, dan oleh para ulama lainnya. Namun
kitab tersebut belakangan berisikan tulisan-tulisan yang tidak