Page 188 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 188

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 186

           dari  isi  kitab  tersebut  terdapat  ungkapan-ungkapan  yang  sangat
           kontradiktif. Pada satu bagian menyebutkan akidah tasybîh; seperti
           pernyataan  Allah  berada  di  langit  atau  bertempat  di  atas  ‘arsy.
           Sementara  pada  bagian  lainnya  tertulis  ungkapan  tanzîh  (kesucian
           Allah  dari  sifat-sifat  makhluk).  Tentu  saja  keyakinan  tasybîh  yang
           dimuat  dalam  kitab  al-Ibanâh  tersebut  tidak  dapat  diterima  oleh
           umat Islam, karena kaum ‘Asy’ariyyah; para pengikut Abu al-Hasan
           al-Asy’ari  yang  notabene  Ahlussunnah  telah  sepakat  bahwa  Allah
           ada tanpa tempat dan tanpa arah.
                  Dengan  demikian  klaim  adanya  reduksi  atau  perubahan
           dalam  kitab  al-Ibanâh  tersebut  adalah  kemungkinan  yang  paling
           logis. Kemungkinan ini juga dikuatkan oleh murid-murid Imam al-
           Asy’ari sendiri atau oleh orang-orang yang datang sesudah mereka
           dalam  karya-karya  yang  mereka  tulis  dalam  menafikan  akidah
           tasybîh sebagai akidah yang diyakini oleh Imam al-Asy’ari. Di antara
           murid  Imam  al-Asy’ari  ialah  Imam  Abu  al-Hasan  al-Bahili,
           kemudian di antara murid al-Bahili ini adalah Imam Abu Ishaq al-
           Isfirayini,  dan  ulama  besar  yang  kita  sebutkan  terakhir  ini  adalah
           seorang  teolog  terkemuka  yang  telah  menulis  sebuah  kitab
           fenomenal berjudul at-Tabshîr Fî ad-Dîn Fî Tamyîz al-Firqah an-Nâjiah
           Min  al-Firaq  al-Hâlikîn.  Kitab  ini  membahas  tentang  firqah-firqah
           dalam Islam termasuk pembahasan akidah Ahlussunnah yang telah
           dirumuskan oleh Imam al-Asy’ari.
                  Di  antara  rumusan  yang  telah  disepakati  di  kalangan
           Ahlussunnah yang dimuat dalam kitab ini adalah keyakinan bahwa
           Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Demikian pula yang telah
           dinyatakan  oleh  al-Imam  al-Hâfizh  Ibn  ‘Asakir  di  dalam  karyanya
           berjudul  Tabyîn  Kadzib  al-Muftarî  Fimâ  Nusiba  Ilâ  al-Imâm  Abî  al-
           Hasan al-Asy’ari. Ulama besar yang kita sebutkan terakhir ini adalah
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193