Page 256 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 256
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 254
apa bila ia sadar dari mabuknya ia akan mengingkari
perkataan tersebut”.
Pernyataan Ibn Arabi ini sangat jelas memberikan pemahaman
bahwa sebagian wali Allah, -sebelum mencapai derajat yang mereka
raih-, dalam perjalanan wilâyah-nya ada yang melewati jadzab dan
ada pula yang selalu dalam keadaaan shâhî. Perkataan beliau ini jika
kita bandingkan dengan ungkapan-ungkapan beliau lainnya dalam
mengingkari akidah hulûl dan ittihâd dapat kita simpulkan bahwa
beliau tidak mentolelir adanya dua akidah tersebut sebagai bagian
dari akidah Islam. Artinya, pembagian tasawuf dalam Islam kepada
akhlaki dan falsafi -seperti kesimpulan sebagian orang- secara
langsung terbantahkan dengan statemen Ibn Arabi ini.
Dalam bagian akhir dari bab ke 6 ini, setelah kajian yang
mendalam, asy-Sya’rani dalam al-Yawâqît menyimpulkan dengan
mengatakan sebagai berikut:
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ميسجتلاو دا ّ ثُلْاو لوُ لْ لحبا َ لوقْ لا بسن نم ىر ت فاو اللهو بذَ كف ...
َْ
َ
َ
َ
ْ ْ ّ
َ َ َ ْ ُ
َ َ
َ َ ْ َ َ َ
ْ
ِِ
ِ
ُْ
ِ
يثّفمْ لا اَ ذ ه بّ ذَ كت اهلك هصوصن هذهو نيدلا ِ يِمُ ِ خيَّ شلا َ لَإ ِ
ْ َْ
ُ
ُ
ّ
ُْ
ُ
ََ ْ
ْ
َ ُ
َ ُُ ُْ
ُ
“…maka demi Allah telah berbohong dan berdusta orang
yang menisbatkan pernyataan hulûl, ittihâd dan tajsîm kepada
Syaikh Muhyiddin, seluruh teks-teks -dari Ibn Arabi ini-
sebagai bukti bagi kedustaan orang tersebut”.
Pada bab 559 dari al-Futûhât al-Makkiyyah, setelah
pembahasan yang cukup panjang, Ibn Arabi menyimpulkan
tulisannya dengan mengatakan: