Page 261 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 261

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 259

           dengan  makhluk-makhluk-Nya.  Secara  khusus  pembahasan
           metodologi  dalam  memahami  ayat-ayat  atau  hadits-hadits  tentang
           sifat Allah lihat pada bab Ibn Arabi dan akidah Ahlussunnah dari
           buku ini.

           7.  Pembahasan  tentang  kewajiban  berkeyakinan  bahwa  Nama-
               Nama Allah Tauqîfiyyah
                  Yang dimaksud dengan tema ini ialah bahwa kita tidak boleh
           menetapkan  nama-nama  bagi  Allah  dengan  hanya  didasarkan
           kepada  kehendak  kita,  sekalipun  nama-nama  tersebut  bermakna
           atau bertujuan baik.  Karena nama-nama Allah tauqîfiyyah; artinya
           bahwa  dalam  menetapkan  nama-nama  Allah  yang  kita  nisbatkan
           kepada-Nya hanya sebatas sesuai apa yang telah disebutkan dalam
           syari’at,  baik  dalam  al-Qur’an  maupun  dalam  hadits-hadits  yang
           shahih. Dengan demikian tidak boleh, bahkan merupakan kesesatan
           dan  ilhâd,  menamakan  Allah  dengan  nama-nama  yang  secara
           tekstual  tidak  disebutkan  dalam  al-Qur’an  maupun  hadits,  seperti
           Jauhar  (Benda),  ’Ardl  (Sifat  benda),  al-‘Aql  (Akal),  ar-Rîsyah  al-
           Mubdi’ah (Pena yang menghasilkan karya), al-Mashdar (Sumber), al-
           Ashl  al-Awwal  (Asal  pertama)   266 ,  al-Quwwah  (Kekuatan),  as-Sabab

                 266  Di antara yang menamakan dan mensifati Allah dengan nama-nama dan
           sifat-sifat makhluk adalah Sayyid Quthub dalam karyanya Fî Zhilâl al-Qur’ân dan
           at-Tashwîr al-Fanni Fî al-Qur’ân. Dalam  Fî Zhilâl al-Qur’ân dalam QS. al-Baqarah,
           Juz 2, h. 244 dan 246 ia menamakan Allah dengan “ar-Rîsyah al-Mubdi’ah” (pena -
           dari bulu- yang dapat menciptakan). Dalam kitab yang sama jld. 6, h. 3804 dalam
           QS.  al-Naba’  ia  menamakan  Allah  dengan  “al-‘Aql  al-Mudabbir  (akal  yang
           mengatur)”. Dalam juz 29 dalam QS. al-Qamar ia menamakan Allah dengan “al-
           Mashdar (sumber)”. Dalam QS. al-‘Ashr dalam jld. 6, h. 3964 ia menamakan Allah
           dengan “al-Ashl al-Muthlaq (asal yang mutlak)”.
                 Bahkan  dalam  beberapa  tempat  dari  kitabnya  Fî  Zhilâl  al-Qur’ân  ini  ia
           mengungkapkan  keyakinan  hulûl  dan  wahdah  al-wujûd.  Seperti  dalam  QS.  al-
   256   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266