Page 262 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 262

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 260

           (Sebab),  al-‘Illah  (sebab/akibat),  ar-Ruh  (roh) 267 ,  dan  nama-nama
           lainnya yang sama sekali tidak ada penyebutannya dalam syari’at.
           Bahkan Imam ‘Ali as-Sughdi al-Hanafi     268 , -sebagaimana dikutip oleh
           al-Hâfizh  Murtadla  az-Zabidi  dalam  Ithaf  as-Sâdah  al-Muttaqin-
           mengkafirkan  orang  yang  menamakan  Allah  dengan  “as-Sabab
           (sebab)”  atau  “al-’Illah”.  Az-Zabidi  berkata  Inilah  pendapat  yang
           diambil dan disepakati di kalangan Ahlussunnah       269 .
                  Paham Ahlussunnah di atas dalam menetapkan nama-nama
           Allah adalah persis sejalan dengan apa yang telah disepakati kaum
           sufi.  Demikian  pula  dengan  Ibn  Arabi,  beliau  menyatakan  bahwa
           telah  menjadi  konsensus  (ijma’)  para  ulama  untuk  tidak



           Ikhlas, jld. 6, h. 4002 ia mengatakan bahwa segala sesuatu dari yang ada ini adalah
           hakekat Allah. Juga mengatakan bahwa pada realitas ini tidak ada hekekat kecuali
           hakekat  Allah.  Dalam  QS.  al-Hadid,  jld.  6,  h.  3481  ia  mengatakan  bahwa  Dzat
           Allah  bersama  setiap  menusia,  siapapun  dia  dan  di  manapun  ia  berada.
           Pernyataan  Sayyid  Quthub  ini  mendapat  respon  sangat  kerasa  dari  berbagai
           ulama, tidak terkecuali dari Masyayikh al-Azhar.
                 267  Penyebutan al-Rûh sebagai salah satu nama Allah tertulis dalam beberapa
           kitab  tasawwuf  dari  beberapa  kaum  sufi  palsu  (al-Mutashawwifah).  Penamaan
           Allah dengan al-Ruh dinyatakan para ulama sebagai kesalahan dan hal tersebut
           sama  sekali  tanpa  dasar.  Karena  ruh  termasuk  benda.  Ia  termasuk  hajm  lathif;
           benda yang tidak dapat disentuh dengan tangan. Ruh merupakan makhluk dan
           memiliki batasan dan bentuk serta bertempat pada tubuh. Allah mustahil seperti
           itu.
                 268   Beliau  bernama  Ali  ibn  al-Husain  al-Sughdi.  Salah  seorang  Imam
           terkemuka  dan  ahli  hadits  (al-Muhaddits)  mashur  pada  masanya.  Menetap  di
           Bukhara.  Mengambil  riwayat  di  antaranya  dari  Imam  Ibrâhim  ibn  Salamah  al-
           Bukhârâ.  Meninggal  tahun  461  H.  al-Sughdi  nisbat  kepada  daerah  bernama
           Sughd, salah satu daerah terkenal yang sangat indah di wilayah sebrang sungai
           Jaihun.
                 269   Lebih  luas  tentang  metodologi  dalam  pengambilan  dali-dalil  dari  al-
           Qur’an dan hadits dalam menetapkan sifat-sifat Allah lihat al-Habasyi, Sharîh al-
           Bayân, j. 1, h. 86-95
   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267