Page 36 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 36
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 34
ِِ
ِ
ِ ِ
9 ) :رشلحا( ةصاصخ مبِ ناك وَ لو مهسف نَأ ىَ لع نورثؤ يو
ٌ
ُْ
َ َ
َ َ َُْ
ْ َ ْ
َ َ َ ْ
ُ
“Dan mereka (kaum Anshar) mengutamakan orang lain
(kaum Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun dalam
diri mereka sangat membutuhkan”. (QS al-Hasyr: 9)
Kemudian perhatikan pula pernyataan sahabat Abu Hurairah
ketika menggambarkan Ahl ash-Shuffah, komunitas sahabat nabi dari
kaum Muhajirin yang sama sekali tidak memiliki harta benda. Abu
Hurairah menyebutkan bahwa mereka seringkali bergeletakan di
tanah karena lapar dan dahaga yang mereka rasakan, hingga orang-
orang Arab baduy menganggap mereka orang-orang yang telah gila.
Inilah sikap mendahulukan akhirat (al-Itsâr ‘Alâ al-Âkhirah) yang
telah dicontohkan oleh para sahabat.
Sifat-sifat para sahabat inilah yang dijadikan rujukan,
teladan, dan landasan pokok dalam disiplin tasawuf oleh para
ulama sufi di kemudian hari. Karena itu, berbagai maqâmât dan
berbagai ahwâl yang dikenalkan oleh para ulama sufi kepada kita
sekarang ini bukan hanya nama-nama tanpa isi, bukan sesuatu yang
baru, dan bukan bid’ah sesat seperti yang diklaim oleh golongan
yang antipati. Dari segi apakah mereka yang keras kepala
membangkang bahwa ajaran tasawuf tidak pernah ada di zaman
Rasulullah?!
c. Landasan Tasawuf; Ilmu dan Amal
Secara garis besar, tuntutan pelaksanaan ajaran-ajaran agama
didasarkan kepada dua perkara. Pertama; Melaksanakan hal-hal
yang diwajibkan. Kedua; menjauhi hal-hal yang dilarang. Ketentuan
inilah yang harus menjadi sandaran setiap muslim. Siapapun yang