Page 38 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 38
Membersihkan Nama Ibn Arabi | 36
kekuatan pada kakinya saat ia berjalan dengannya”. (HR. al-
Bukhari dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh pada Kitab ar-Riqâq).
Hal pertama bagi seorang yang hendak meningkatkan
kualitas takwanya adalah memenuhi kewajiban dalam mempelajari
dan mengetahui segala hal yang terkait dengan dua landasan di
atas. Kewajiban mempelajari ilmu ini tidak terkecuali bagi siapapun
dari seorang muslim mukallaf. Kadar ilmu yang wajib dipelajari ini
dikenal dengan ilmu pokok-pokok agama (‘Ilm ad-Dîn adl-Dlarûri).
Adalah ilmu-ilmu yang terkait dengan tatacara praktis dalam
beribadah; seperti bersuci, shalat, puasa dan lainnya. Juga ilmu-
ilmu yang secara praktis terkait dengan mu’âmalah (hubungan
sesama manusia), seperti tatacara jual beli, membuat akad nikah,
atau akad-akad perniagaan lainnya. Termasuk juga di dalamnya
ilmu tentang maksiat-maksiat anggota badan, dan cara bertaubat
dari maksiat-maksiat tersebut.
Seorang yang konsisten dalam mengerjakan ketentuan-
ketentuan syari’at dari mengerjakan segala kewajiban dan menjauhi
segala larangan Allah, di tambah dengan memperbanyak hal-hal
yang sunnah, maka orang ini adalah seorang wali Allah. Baik
tampak terlihat dari dirinya unsur-unsur karamah (sesuatu yang di
luar kebiasaan) maupun tidak. Inilah difinisi yang dinyatakan para
ulama tentang seorang wali Allah.
Dari definisi ini dapat diketahui bahwa tidak ada seorangpun
dari kaum sufi sejati yang mengabaikan ketentuan-ketentuan
syari’at. Justru sebaliknya, mereka menjadi sampai kepada derajat
yang mereka raih dalam kewalian adalah karena konsistensi mereka
dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan syari’at. Dengan
demikian siapaun yang mengaku dirinya sufi, --walau dengan