Page 447 - Membersihkan Nama Ibn Arabi_Dr. H. Kholilurrohman, MA
P. 447

Membersihkan Nama Ibn Arabi | 445


                         “Jika  dikatakan  bahwa  Allah  ada  tanpa  arah,  maka
                  apakah  makna  mengangkat  telapak  tangan  ke  arah  langit
                  ketika  berdoa?  Jawab:  Terdapat  dua  segi  dalam  hal  ini,
                  sebagaimana dituturkan oleh ath-Thurthusi.
                         Pertama:  Bahwa  hal  tersebut  untuk  tujuan  ibadah.
                  Seperti halnya menghadap ke arah ka’bah dalam shalat, atau
                  meletakan  kening  di  atas  bumi  saat  sujud,  padahal  Allah
                  Maha Suci dari bertempat di dalam ka’bah, juga Maha Suci
                  dari  bertempat  di  tempat  sujud.  Dengan  demikian  langit
                  adalah kiblat dalam berdoa.
                         Kedua:  Bahwa  langit  adalah  tempat  darinya  turun
                  rizki, wahyu, rahmat, dan berkah. Artinya dari langit turun
                  hujan  yang  dengannya  bumi  mengeluarkan  tumbuh-
                  tumbuhan.  Langit  juga  tempat  yang  diagungkan  dan
                  dimuliakan  sebagai  tempat  para  malaikat  (al-Mala’  al-A’lâ),
                  karena  bila  Allah  menentukan  suatu  perkara  maka
                  disampaikannya  kepada  para  malaikat  tersebut,  dan
                  kemudian  mereka  menyampaikannya  kepada  penduduk
                  bumi. Demikian pula arah langit adalah tempat diangkatnya
                  amalan-amalan  yang  saleh  kepadanya.  Demikian  pula  di
                  langit tersebut terdapat beberapa nabi dan tempat bagi surga
                  -yang berada di atas langit ke tujuh- yang merupakan puncak
                  harapan.  Oleh  karena  bahwa  langit  itu  sebagai  tempat  bagi
                  hal-hal  yang  diagungkan  tersebut  di  atas,  termasuk
                  pengetahuan  qadla  dan  qadar,  maka  titik  konsen  dalam
                  praktek ibadah di arahkan kepadanya” .
                                                        428


                 428  az-Zabidi, Ithâf as-Sâdah al-Muttaqîn, j. 5, h. 34-35
   442   443   444   445   446   447   448   449   450   451   452